
Pantau - Penjualan mobil di Indonesia mengalami penurunan pada tahun 2024, namun itu tak membuat pabrikan otomotif harus melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) justru merasa terbantu oleh pasar ekspor.
“Ekspor kita lagi booming. Alokasi produksi sekarang lebih banyak untuk ekspor dibandingkan domestik,” kata Presiden Direktur Toyota Indonesia, Nandi Julyanto seperti dalam keterangannya, Kamis (19/12/2024).
Nandi mengungkapkan bahwa tahun ini porsi ekspor mencapai 60 persen, mengalahkan penjualan domestik yang hanya sebesar 40 persen.
"Di 2023, komposisinya 50:50, tahun ini 40:60," jelasnya.
Baca juga: Keuntungan Anjlok! Nissan PHK Ribuan Karyawan dan Gaji CEO Dipangkas 50 Persen
Menurut Nandi, situasi ini bisa terjadi berkat perbaikan pasokan semikonduktor yang sebelumnya terganggu. Namun, Toyota berharap komposisi produksi akan kembali seimbang pada tahun depan.
“Semikonduktor sudah agak stabil, sehingga kami bisa alokasikan produksi domestik untuk ekspor. Kami ingin kembali ke 50:50,” tuturnya
"Jika ekspor terus lebih besar, ekosistem produksi mobil bisa pindah ke luar negeri," tambahnya.
Baca juga: Industri Otomotif Loyo, Pemerintah Ingatkan Jangan Ada PHK di Tengah Kondisi Sulit
Harapan tersebut sejalan dengan pernyataan Wakil Presiden Direktur Toyota, Bob Azam. Ia menambahkan bahwa jika pemerintah menurunkan pajak barang mewah (PPnBM), produksi domestik bisa kembali tumbuh.
"Waktu pandemi, ketika ada relaksasi pajak, pendapatan negara malah meningkat. Kami berharap pemerintah bisa mempertimbangkan hal ini," ujar Bob.
Dengan ekspor yang terus berkembang, Toyota tetap optimis bisa mempertahankan utilisasi penuh pabrik mereka, meski penjualan domestik cenderung menurun.
- Penulis :
- Sofian Faiq
- Editor :
- Sofian Faiq