
Pantau - Suasana penuh toleransi sangat terasa saat umat Islam menggelar salat tarawih perdana di Kota Denpasar, Bali, Rabu (22/2/2033) malam.
Mereka menggelar salat tarawih dengan penuh keheningan dan pencahayaan yang terbatas, untuk menghormati umat Hindu yang tengah menjalani Nyepi.
Meski dalam keterbatasan pencahayaan, tanpa pengeras suara, serta hanya bisa datang ke masjid dengan berjalan kaki, tidak menyurutkan umat muslim untuk tetap menjalankan salat tarawih perdana.
Mereka berbondong-bondong datang ke Masjid Sadar di Jalan Raya Tukad Tegal Wani, Denpasar Selatan, Bali.
Mereka menaati kesepakatan bersama antara Majelis Dewan Adat (MDA) Bali, dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bali. Dalam kesepakatan bersama tersebut, umat muslim tetap diperbolehkan menggelar salat tarawih di tengah perayaan Nyepi.
Para jemaah mendatangi Masjid Sadar, dengan berjalan kaki dan tidak menimbulkan keramaian. Selama jalannya salat tarawih, tidak ada pengeras suara dan hanya menggunakan pencahayaan yang terbatas.
Demi keamanan dan kelancaran pelaksanaan salat tarawih perdana, para pecalang juga turut hadir memberikan penjagaan terhadap para umat Islam yang menjalankan ibadah tersebut.
Menurut Ketua Umum Masjid Sadar, Badrut Tamam mengatakan, salat tarawih tetap digelar dengan memperhatikan kegiatan umat Hindu yang tengah melaksanakan Nyepi.
"Sesuai dengan imbauan dari tokoh-tokoh agama yang berada di Bali, kami tetap melaksanakan ibadah dengan menjaga toleransi dan keharmonisan antarumat beragama," terangnya.
Selama ini, ia mengaku toleransi terus terjaga dan semua umat saling menghormati. Setiap kegiatan di masjid, juga melibatkan para pecalang dan masyarakat adat sehingga keharmonisan dapat terus terjaga.
Mereka menggelar salat tarawih dengan penuh keheningan dan pencahayaan yang terbatas, untuk menghormati umat Hindu yang tengah menjalani Nyepi.
Meski dalam keterbatasan pencahayaan, tanpa pengeras suara, serta hanya bisa datang ke masjid dengan berjalan kaki, tidak menyurutkan umat muslim untuk tetap menjalankan salat tarawih perdana.
Mereka berbondong-bondong datang ke Masjid Sadar di Jalan Raya Tukad Tegal Wani, Denpasar Selatan, Bali.
Mereka menaati kesepakatan bersama antara Majelis Dewan Adat (MDA) Bali, dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bali. Dalam kesepakatan bersama tersebut, umat muslim tetap diperbolehkan menggelar salat tarawih di tengah perayaan Nyepi.
Para jemaah mendatangi Masjid Sadar, dengan berjalan kaki dan tidak menimbulkan keramaian. Selama jalannya salat tarawih, tidak ada pengeras suara dan hanya menggunakan pencahayaan yang terbatas.
Demi keamanan dan kelancaran pelaksanaan salat tarawih perdana, para pecalang juga turut hadir memberikan penjagaan terhadap para umat Islam yang menjalankan ibadah tersebut.
Menurut Ketua Umum Masjid Sadar, Badrut Tamam mengatakan, salat tarawih tetap digelar dengan memperhatikan kegiatan umat Hindu yang tengah melaksanakan Nyepi.
"Sesuai dengan imbauan dari tokoh-tokoh agama yang berada di Bali, kami tetap melaksanakan ibadah dengan menjaga toleransi dan keharmonisan antarumat beragama," terangnya.
Selama ini, ia mengaku toleransi terus terjaga dan semua umat saling menghormati. Setiap kegiatan di masjid, juga melibatkan para pecalang dan masyarakat adat sehingga keharmonisan dapat terus terjaga.
- Penulis :
- Aditya Andreas