Pantau Flash
HOME  ⁄  Pantau Ramadhan

Begini Hukum Tidak Membayar Utang Puasa Ramadan

Oleh Latisha Asharani
SHARE   :

Begini Hukum Tidak Membayar Utang Puasa Ramadan
Foto: Ilustrasi (Freepik)

Pantau - Puasa Ramadan merupakan salah satu kewajiban bagi setiap umat Islam yang telah memenuhi syarat. Namun, ada beberapa keadaan yang membolehkan seseorang untuk tidak berpuasa, seperti sakit, haid, nifas, perjalanan jauh, menyusui, atau hamil. Meskipun diberikan keringanan, orang yang tidak berpuasa tetap memiliki kewajiban untuk menggantinya di hari lain sebelum Ramadan berikutnya tiba. Namun, bagaimana jika seseorang tidak membayar utang puasanya? Apa hukumnya dalam Islam?

Golongan Orang yang Wajib Membayar Utang Puasa

Mengacu pada pendapat ulama, hukum tidak membayar utang puasa Ramadan adalah haram karena puasa merupakan ibadah wajib yang telah ditetapkan dalam rukun Islam. Dalam buku M. Quraish Shihab Menjawab oleh M. Quraish Shihab (2008), dijelaskan bahwa seseorang yang memiliki kewajiban puasa tetapi tidak menggantinya tanpa alasan yang sah dianggap berdosa.

Baca juga: 5 Aspek Penting yang Harus Dipersiapkan dalam Menyambut Bulan Suci Ramadan

Islam telah memberikan banyak keringanan dalam berpuasa, termasuk kebolehan untuk mengganti puasa di hari lain sebelum Ramadan berikutnya. Beberapa golongan yang wajib membayar utang puasa di antaranya:

  • Wanita yang mengalami haid atau nifas: Haid dan nifas merupakan kondisi alami yang dialami wanita dan menjadi alasan syar'i untuk tidak berpuasa. Namun, wanita yang meninggalkan puasa karena alasan ini wajib menggantinya sebelum Ramadan berikutnya.
  • Orang yang sakit: Jika seseorang sakit dan tidak mampu menjalankan puasa, ia diperbolehkan untuk tidak berpuasa. Namun, jika penyakitnya sembuh, ia wajib menggantinya di hari lain.
  • Ibu hamil dan menyusui: Wanita yang sedang hamil atau menyusui boleh tidak berpuasa jika khawatir akan kesehatannya atau bayi yang dikandung/disusui. Mereka wajib mengganti puasanya di lain hari atau membayar fidyah jika tidak mampu berpuasa.
  • Orang dalam perjalanan (musafir): Seseorang yang sedang bepergian jauh juga diperbolehkan untuk tidak berpuasa. Namun, ia harus menggantinya setelah kembali dari perjalanannya.

Hukum Tidak Membayar Utang Puasa

Sering kali, seseorang menunda mengganti puasa hingga melewati batas waktu yang diperbolehkan, yaitu sebelum Ramadan berikutnya tiba. Dalam ilmu fiqih, qadha adalah menjalankan ibadah yang tertunda di luar waktu yang telah ditentukan oleh syariat.

Baca juga: Masih Punya Utang Puasa? Berikut Ketentuan Qadha dan Fidyah yang Wajib Diketahui!

Jika seseorang tidak mengganti puasanya hingga memasuki Ramadan tahun berikutnya tanpa alasan yang dibenarkan, maka ia telah melakukan pelanggaran dan berdosa. Bagi mereka yang sengaja tidak mengganti puasa hingga datang Ramadan berikutnya, selain wajib mengqadha puasanya, ia juga dikenakan fidyah sebagai bentuk denda.

Ketentuan Membayar Fidyah

Fidyah merupakan bentuk tebusan yang harus dibayarkan bagi seseorang yang tidak bisa mengganti puasanya karena alasan tertentu. Besaran fidyah yang harus dibayarkan adalah satu mud bahan makanan pokok per hari puasa yang ditinggalkan. Berdasarkan pendapat ulama:

  • Mazhab Syafi’iyah, Malikiyah, dan Hanabilah: 1 mud setara dengan 543 gram bahan makanan pokok.
  • Mazhab Hanafiyah: 1 mud setara dengan 815,39 gram bahan makanan pokok.

Fidyah diberikan kepada fakir miskin sebagai bentuk kompensasi atas puasa yang tidak dapat dilakukan. Namun, jika seseorang masih mampu berpuasa, maka ia tetap wajib mengqadha puasanya selain membayar fidyah.

Baca juga: Sidang Isbat Penetapan Awal Ramadan 1446 H Digelar 28 Februari 2025

Kesimpulan

Hukum tidak membayar utang puasa Ramadan tanpa alasan yang sah adalah haram dan berdosa. Oleh karena itu, setiap muslim yang memiliki tanggungan puasa wajib menggantinya sebelum datang Ramadan berikutnya. Jika terlambat, selain mengqadha puasa, seseorang juga harus membayar fidyah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam syariat Islam. Dengan memahami hukum ini, diharapkan setiap umat Islam lebih memperhatikan kewajibannya dalam berpuasa agar ibadahnya tetap sempurna dan diterima oleh Allah SWT.

Penulis :
Latisha Asharani
Editor :
Muhammad Rodhi