
Pantau - Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, Fahri Hamzah, menyatakan bahwa sistem Trias Politica yang kuat dan saling mengawasi merupakan fondasi penting bagi demokrasi yang sehat di Indonesia.
Menurutnya, kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif harus berjalan seimbang untuk mencegah dominasi satu lembaga dan menjaga agar persoalan bangsa dilihat secara menyeluruh.
"Kekuasaan yang saling mengontrol mencegah munculnya kekuasaan absolut dan menjaga demokrasi tetap pada jalurnya," ungkap Fahri.
Kritik Terhadap Pola Hubungan Rakyat dengan Presiden
Fahri menyoroti kebiasaan masyarakat Indonesia yang cenderung mendewakan presiden saat masih menjabat, namun mencaci usai masa jabatan berakhir.
Ia menyebut fenomena ini terjadi berulang, termasuk terhadap tokoh-tokoh seperti Bung Karno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY, hingga Jokowi.
Ia menegaskan bahwa kritik terhadap presiden bukanlah bentuk kebencian, melainkan bagian dari fungsi pengawasan yang melekat pada lembaga legislatif.
"Demokrasi bukan hanya soal memilih pemimpin, tapi juga mengawasi mereka," ujarnya.
Dorongan untuk Reformasi Sistem Politik
Fahri juga menekankan pentingnya pendidikan politik agar rakyat tidak hanya terpikat pada figur, tetapi memahami pentingnya sistem yang kokoh.
Kesalahan dalam memilih pemimpin tanpa memahami sistem politik dapat berujung pada kekecewaan publik.
Partai Gelora, menurut Fahri, mendorong penyempurnaan sistem ketatanegaraan, termasuk evaluasi terhadap sistem pemilu, fungsi lembaga negara, dan efektivitas sistem presidensial saat ini.
Ia menyatakan perlunya amandemen kelima UUD 1945, mengingat sudah 30 tahun berlalu sejak amandemen pertama hingga keempat dilakukan.
"Konstitusi adalah karya manusia, tentu terbuka untuk disempurnakan," tegasnya.
Gelora Ajak Dialog Nasional Perbaiki Demokrasi
Sebagai langkah konkret, Partai Gelora membuka ruang dialog nasional untuk membahas perbaikan demokrasi, reformasi hukum, serta evaluasi sistem pemilu dan konstitusi.
Fahri Hamzah mengajak seluruh elemen bangsa berdiskusi secara terbuka dan rasional demi memperkuat sistem demokrasi di Indonesia.
"Demokrasi kita harus bertumpu pada sistem, bukan pada kekuatan figur semata," pungkasnya.
- Penulis :
- Gerry Eka







