
Pantau – Bermain game online ditengarai dapat membawa keuntungan dan kerugian. Di satu sisi, game dapat memberikan hiburan dan mengurangi stres. Namun, terlalu banyak bermain game juga dapat berdampak negatif pada produktivitas dan kesehatan.
Dosen Institut Agama Islam Negeri Kerinci Jafar Ahmad menyampaikan hal itu, saat menjadi narasumber dalam webinar literasi digital untuk segmen pendidikan, yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Gorontalo di Kabupaten Gorontalo Utara, Jumat (31/5/2024).
Jafar mengatakan, jumlah gamers di Indonesia pada 2022 tercatat 180 juta, atau terbanyak ketiga di dunia. Hal itu berarti 64,5 persen dari jumlah penduduk Indonesia (278 juta) merupakan gamers. Game online semakin populer di Indonesia, dengan jutaan pengguna yang terlibat dalam berbagai genre game di berbagai platform.
”Perkembangan game online di Indonesia ditandai dengan peningkatan adopsi, pertumbuhan e-Sports, dan inovasi berkelanjutan. Industri game online di Indonesia terus berinovasi, menciptakan pengalaman bermain yang lebih menarik dan interaktif bagi pemain,” tutur Jafar Ahmad dalam diskusi online yang dipandu moderator Chichi Zakaria itu.
Dalam diskusi virtual bertajuk ”Mengenal Dunia Game Online” itu, Jafar juga menyebut adanya dampak positif dan negatif bermain game online. Dampak positif bermain game online, yakni meningkatkan keterampilan, interaksi sosial, hiburan dan relaksasi, serta tantangan kognitif.
”Dampak negatifnya, kecanduan yang mengganggu kehidupan sehari-hari dan prestasi akademik. Pemborosan biaya untuk membeli akses, item, atau upgrade dalam game online dapat menguras keuangan pengguna. Konten game yang mengandung unsur kekerasan dapat mempengaruhi perilaku pemain, terutama anak-anak,” jelas Jafar Ahmad.
Jafar menambahkan, orang tua memiliki peran penting dalam pengawasan anak saat bermain game online, di samping pemerintah.
“Pemerintah melakukan pengawasan dan membuat regulasi, edukasi dan sosialisasi, juga melakukan kemitraan dengan industri untuk pengembangan kerangka kerja regulasi yang seimbang dan menguntungkan semua pihak,” pungkasnya di hadapan para siswa dan tenaga pendidik yang mengikuti diskusi dengan menggelar nonton bareng (nobar) dari sekolah masing-masing.
Beberapa sekolah menengah yang menggelar nobar diskusi online di Kabupaten Gorontalo Utara, di antaranya MTsN 1 Gorontalo Utara, SMPN 1, SMPN 2 Anggrek, SMPN 1 Ponelo Kepulauan, SMPN 1 Atinggola, SMPN 1 Tomilito, SMPN 1, SMPN 2, SMPN 3 Sumalata Timur, SMPN 1, SMPN 2 Kwandang, MTs Muhammadiyah Monano, MA Al Khairat Gentuma, SMAN 1, SMAN 2, SMAN 3, SMAN 4, SMAN 5, SMAN 8 Gorontalo Utara, dan MAS Miftahul Huda Kwandang.
Dari perspektif etika digital, Wakil Ketua Umum Relawan TIK Indonesia Eko Prasetya menyebut ada lima etika main game online, yakni sportif, jangan diskriminatif atau rasis, jangan spam chat, tidak berkata kasar, dan ucapkan terima kasih.
“Kita tidak pernah tahu siapa sebenarnya lawan kita bicara dan bermain game di internet. Meski begitu, salam dan ucapan terima kasih baik untuk siapa pun,” tegas Eko Prasetya.
Sementara musisi Mom Influencer Ana Livian menambahkan, game online yang merupakan permainan yang dimainkan secara daring (online) dengan melibatkan interaksi pemain secara langsung melalui internet, memiliki beberapa genre seperti fantasi (fantasy), aksi (action), petualangan (adventure), maupun strategi.
“Adapun jenis game online, ada Massively Multiplayer Online Role-Playing Games (MMORPG), contohnya World of Warcraft; First-Person Shooter (FPS), contohnya Counter Strike, Call of Duty; Real-Time Strategy (RTS), contohnya Starcraft; dan Simulation Games, Contohnya The Sims, Cities Skylines,” rinci Ana Livian.
Untuk diketahui, gelaran webinar di Kabupaten Gorontalo Utara ini merupakan bagian dari program Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD). GNLD digelar sebagai salah satu upaya untuk mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan hingga kelompok masyarakat menuju Indonesia yang #MakinCakapDigital.
- Penulis :
- Ahmad Munjin