
Pantau.com - PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) memiliki izin impor sebanyak 80.000 metrik ton gula kristal putih (GKP). Pasokan ini diharapkan konsumsi gula di dalam negeri bisa terpenuhi.
Direktur Pengembangan dan Pengendalian Usaha RNI Febriyanto mengatakan, dari kuota impor yang diberikan secara bertahap akan disalurkan ke pasar konsumsi pada kuartal II dan III 2020. Ditargetkan gula tersebut mulai mengisi pasar pada bulan Ramadhan dan Lebaran agar dapat memenuhi lonjakan permintaan.
“RNI mendapatkan kuota impor kurang lebih 80.000 metrik ton yang terdiri dari white sugar (Gula Kristal Putih) sekitar 50.000 metrik ton dan raw sugar (Gula Kristal Mentah) sekitar 30.000 metrik ton,” ujar Febriyanto, Selasa (28/4/2020).
Baca juga: Pengamat Optimistis Soal Masalah Gula Pasir Akan Tuntas
Menurutnya, untuk GKP setelah tiba akan langsung disalurkan ke pasar konsumsi. Sementara untuk raw sugar akan diproses dan diolah terlebih dahulu menjadi GKP di Pabrik Gula (PG) anak Perusahaan RNI, PT PG Rajawali II.
Sementara itu, Vice President Pengendalian Usaha I RNI, Nanik Soelistyowati, mengatakan selain untuk mengamankan stok gula nasional, kuota raw sugar yang diberikan pemerintah kepada PG berbasis tebu akan berdampak sigifikan bagi peningkatan efisiensi biaya produksi dan peningkatan pendapatan.
“Dengan masuknya raw sugar, PG akan memperoleh tambahan bahan baku untuk diolah, sehingga rata-rata hari giling PG bertambah mendekati skala ekonomisnya, yaitu 150 hari/tahun,” paparnya.
Baca juga: Begini Langkah Strategis Kementan Jaga Stabilitas Gula Pasir
Adapun total produksi gula RNI pada 2019 mencapai 260 ribu ton. Saat ini perkembangan kinerja bisnis gula RNI cukup bersaing dengan industri gula lainnya di Indonesia.
Untuk di wilayah Jawa Timur yang menjadi sumber bahan baku tebu terbanyak Nasional, Pabrik Gula RNI unggul dengan produktivitas dan rendemen tertinggi. Market share RNI di pasar gula konsumsi langsung Indonesia mencapai 12 persen.
- Penulis :
- Tatang Adhiwidharta