Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Penusukan di Gereja Notre Dame, Emmanuel Macron: Serangan Teroris Islam

Oleh Noor Pratiwi
SHARE   :

Penusukan di Gereja Notre Dame, Emmanuel Macron: Serangan Teroris Islam

Pantau.com - Presiden Emmanuel Macron mengatakan, Perancis akan mengerahkan ribuan tentara untuk melindungi lokasi penting seperti tempat ibadah dan sekolah serta meningkatkan keamanan tertinggi menyusul serangan penusukan di kota Nice pada Kamis kemarin.

"Perancis kini diserang," kata Macron dalam kunjungannya ke lokasi penusukan di gereja Notre Dame. “Tiga rekan kami tewas di basilika di Nice hari ini dan pada saat yang sama situs konsuler Perancis diserang di Arab Saudi."

Macron menegaskan, agama apapun bebas dijalankan di Perancis. Namun, kata Macron, umat Katolik saat ini sedang di serang. Ia mengatakan bahwa penduduk Nice mendapat seluruh dukungan dan solidaritas negara untuk menghadapi kebodohan akibat teroris Islam.

“Pesan saya adalah untuk Nice dan orang-orang Nice yang telah menderita akibat kebodohan teroris Islam. Ini adalah ketiga kalinya terorisme melanda kota Anda dan Anda mendapat dukungan dan solidaritas bangsa," kata Macron, sebagaimana dikutip The Guardian, Jumat (30/10/2020).

Baca juga: Pemerintah Indonesia Mengecam Aksi Penyerangan di Nice Prancis

“Jika kami diserang sekali lagi, itu karena nilai-nilai kami, selera kami untuk kebebasan; kebebasan untuk percaya dengan bebas dan tidak menyerah pada teror apapun. Kami tidak akan menyerah pada apa pun. Hari ini kami telah meningkatkan keamanan kami untuk menghadapi ancaman teroris."

Kepala jaksa anti-teroris Jean-Francois Ricard mengatakan, tersangka dalam serangan di Nice merupakan seorang pria Tunisia yang lahir pada 1999. Ia tiba di Eropa pada 20 September di Lampedusa, pulau Italia di lepas Tunisia yang merupakan titik pendaratan utama bagi para migran dari Afrika. Sumber keamanan Tunisia dan sumber polisi Perancis menyebut tersangka sebagai Brahim Aouissaoui.

Ricard mengatakan, pria itu memasuki kota dengan kereta api pada Kamis pagi dan pergi ke gereja, di mana dia menikam dan membunuh petugas gereja berusia 55 tahun serta memenggal kepala seorang perempuan berusia 60 tahun.

Dia juga menikam seorang wanita berusia 44 tahun yang melarikan diri ke kafe terdekat tempat dia membunyikan alarm sebelum meninggal. Polisi kemudian datang dan menangkap dan memberikan tembakan peringatan kepada penyerang yang masih meneriakkan "Allahu Akbar".

Baca juga: 3 Tewas Akibat Penusukan di Gereja Perancis, Pelaku Teriak 'Allahu Akbar'

"Pada penyerang kami menemukan sebuah Al Quran dan dua telepon, pisau kejahatan 30cm dengan ujung tajam 17cm. Kami juga menemukan tas yang ditinggalkan oleh penyerang. Di samping tas ini ada dua pisau yang tidak digunakan dalam penyerangan," ujar Ricard, dikutip Reuters.

Saat ini, tersangka berada di rumah sakit dalam kondisi kritis. Juru bicara pengadilan khusus kontra-militansi Tunisia Mohsen Dali mengatakan kepada Reuters bahwa Aouissaoui tidak terdaftar oleh polisi di sana sebagai tersangka militan.

Serangan itu terjadi kurang dari dua minggu setelah seorang guru sekolah di pinggiran Paris dipenggal oleh pemuda berusia 18 tahun yang diduga marah karena sang guru yang menunjukkan kartun Nabi Muhammad saat kelas.

Serangan Kamis yang bertepatan pada hari ulang tahun Nabi Muhammad, terjadi pada saat kemarahan Muslim yang meningkat pada pembelaan Perancis atas hak untuk menerbitkan kartun, dan pengunjuk rasa mengecam Prancis dalam demonstrasi jalanan di beberapa negara mayoritas Muslim.

Penulis :
Noor Pratiwi