
Pantau.com - Sisa-sisa kayu bakar alat memasak di dapur (bara api) diduga menjadi penyebab terpanggangnya lima bocah dalam sebuah rumah yang terbakar di Lingkungan III Kelurahan Rianiate, Kecamatan Angkola Sangkunur, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, pada Jumat 7 Juni 2019.
"Dugaan kuat sumber api yang membakar sebuah rumah malam kejadian sekira pukul 21-00 - 23.00 WIB itu berasal dari sisa-sisa kayu bakar/bara api sisa memasak di dapur rumah," kata Kapolsek Batang Toru AKP DMZ Harahap, Minggu (9/6/2019).
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tapanuli Selatan, juga mengatakan penyebab terbakarnya rumah penduduk bernama Yanuari Waruwu itu diduga akibat rembesan arang kayu bakar sisa masak di dapur rumah tersebut.
Kehadiran Kapolsek DMZ Harahap yang turun bersama sejumlah anggota yakni Kanit Res Ipda Anil D.Siregar, Aiptu Subroto (Bhabinkamtibmas), Aiptu Siryanto (Kanit Intel), Bripka Marhaman Sianturi dan Leo Nababan (piket yanmas) dilokasi duka, Sabtu (8/6) sempat ditolak disalah tafsirkan pihak keluarga korban.
"Kehadiran kami sebenarnya untuk olah tempat kejadian perkara namun ditolak oleh abang ayah korban (uwak). Alasannya, pihak korban tidak keberatan, tidak menuntut dan menyadari murni musibah kebakaran, bahkan autopsi kelima bocah terpanggang juga ditolak," terang Kapolsek.
Baca juga: Pemukiman Padat Penduduk di Rawa Terate Bekasi Timur Kebakaran
Namun demikian pihak kepolisian menyadari dan menghargai apa yang dirasakan dan permintaan pihak korban. Rencananya kepolisian sesegera akan kembali menemui orangtua dan famili korban memintai keterangan lebih lanjut.
Informasi dari Kepala Pelaksana BPBD Tapanuli Selatan Ilham Suhardi bersama Kabid Kedaruratan/Logistik Hotmatua Rambe, rumah yang terbakar itu berukuran 4 x 4 meter lokasinya berada di atas perbukitan.
"Bangunan rumah itu terbuat dari papan dimana ruang digunakan untuk tidur langsung berhadapan area dapur dekat satu-satunya pintu keluar rumah tersebut," kata Hotmatua, seraya mengatakan untuk menjangkau lokasi hanya bisa dengan berjalan kaki berjam-jam bahkan signal telepon selular juga tidak ada.
Menurut Kapolsek dari simpang jalan umum (Baung Putih) Kelurahan Rianiate menuju TKP bisa menghabiskan waktu berjalan kaki menyusuri lembah dan tebing 45 derajat lebih antara 3-4 jam bagi yang tidak biasa bisa sampai lima jam.
Sebelumnya diberitakan lima bocah tewas akibat terbakarnya sebuah rumah di Tapanuli Selatan yaitu Fifi Ceria Nursicu Waruwu (10 tahun), Fince Ardila Waruwu (7 tahun), Firsan Nutrisari Waruwu (7 tahun), Firjan Henra Kurniawan Waruruwu (laki-laki 4 tahun), dan Firna Indah Melati Waruwu (2 tahun).
Peristiwa diketahui setelah kedua orangtua para korban, Yanuari Waruru dan isteri bersama seorang saudara korban kembali pulang dari mengikuti kegiatan gereja dan mendapati kondisi rumah sudah rata dengan tanah. Selain merengut lima nyawa manusia yang susah untuk dikenali akibat gosong, api juga menghanguskan harta benda korban berupa dokumen kependudukan seperti KTP, KK, Akta Kelahiran Anak, STNK Sepeda Motor dan BPKB nya, serta isi perlengkapan rumah lainnya yang ditaksir kerugian mencapai Rp50 juta lebih.
Sementara itu, sedikitnya tiga orang mengalami luka-luka akibat kebakaran di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, pada Minggu sekitar pukul 02.05 WIB. Menurut Koordinator Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Pamekasan Budi Cahyono, ketiga orang yang mengalami luka-luka itu, masing-masing bernama Sundahri, Madre'e, dan Ruknul, warga Dusun Sumber, Desa Panaguan, Kecamatan Larangan.
"Petugas dari Palang Merah Indonesia (PMI) Pamekasan telah melakukan pengobatan terhadap para korban di lokasi kejadian," katanya kepada ANTARA per telepon, Minggu siang.
Sundahri mengalami luka bakar, sedangkan Madre'e dan Ruknul mengalami luka karena terkena paku saat berupaya membantu memadamkan kobaran api di lokasi kajadian.
Budi menuturkan, musibah kebakaran di Dusun Sumber, Desa Panaguan, itu menimpa dapur dan kandang sapi milik warga milik Madra'e alias Pak Maryam.
Peristiwa tersebut bermula ketika pemilik kandang membakar sampah yang ada di kandang sapinya, lalu api membesar karena terkena tiupan angin kencang, dan merembet ke bilik dapur yang bersebelahan dengan kandang sapi itu.
Warga sekitar yang mengetahui kejadian itu langsung bertindak cepat, membantu memadamkan kobaran api, dan sebagian yang lain menghubungi petugas dari tim pemadam kebakaran di posko induk pos pantau Lebaran di area Monumen Arek Lancor, Pamekasan.
"Saat menerima laporan itu, kami langsung bergerak cepat menuju lokasi kejadian, bersama tim dari Forum Relawan Penanggulangan Bencana (FRPB) dan tim dari Palang Merah Indonesia (PMI) Pamekasan yang memang standby di pos pantau Lebaran," kata Budi.
Baca juga: Video Aksi Dramatis Pria Italia Terjebak Kebakaran di Balkon Apartemen
Dalam hitungan menit, tim gabungan dari BPBD Pemkab Pamekasan, Damkar, TNI dan Polri, PMI, FRPB, Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) dan Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia (Orari) tiba di lokasi bencana dan langsung bergotong royong membantu korban.
BPBD bersama FRPB dibantu TNI dan Polri fokus pada upaya pemadaman api, Orari dan RAPI mengomunikasikan dan membuat laporan ke posko pos pantau di Arek Lancor, Pamekasan, sedangkan petugas dari PMI fokus pada penanganan korban.
"Berkat kerja sama yang baik antara semua pihak dan dibantu warga sekitar, hanya dalam waktu 20 menit api berhasil dipadamkan dan kami lanjutkan dengan pembahasan," ujar Budi.
Menurut Budi, perkiraan kerugian materiel akibat musibah kebakaran itu, ditaksir mencapai Rp25 juta. Kebakaran di dapur dan kandang milik warga di Dusun Sumber, Desa Panaguan, Kecamatan Larangan, Pamekasan, Madura, Jawa Timur, Minggu itu merupakan kali keempat sejak H-7 hingga H+3 Lebaran kali ini.
rn- Penulis :
- Widji Ananta