billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Geopolitik

AS-PBB Melakukan Pertemuan Guna Bahas Krisis Kemanusian di Yaman

Oleh Noor Pratiwi
SHARE   :

AS-PBB Melakukan Pertemuan Guna Bahas Krisis Kemanusian di Yaman

Pantau.com - Wakil Menteri Luar Negeri AS John Sullivan dan utusan PBB Martin Griffiths mengadakan pertemuan di Washington guna membahas langkah-langkah untuk mengatasi penderitaan dan perdamaian di Yaman, kata juru bicara Departemen Luar Negeri Heather Nauret dalam siaran pers.

"Wakil Sekretaris dan utusan khusus PBB membahas situasi kemanusiaan dan langkah yang harus diambil untuk mengakhiri penderitaan di Yaman," kata Nauert. Ia juga mengatakan rasa terimakasihnya kepada utusan PBB untuk dedikasinya atas perundingan perdamaian yang baru untuk semua pihak dalam mengakhiri konflik di Yaman.

Baca juga: Menengok Krisis Kemanusian di Yaman, Peristiwa Terburuk Abad Ini

Sementara itu, Koordinator Kemanusiaan PBB Mark Lowcock mengatakan pada Selasa (23 Oktober 2018), Yaman berada di ambang kelaparan.

"Saat ini sangat jelas bahaya kelaparan besar menyelimuti Yaman, kauh lebih besar dari apa yang pernah mereka lihat," katanya.

Lowcock juga mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB yang memperkirakan ada 11 juta orang kelaparan dalam beberapa bulan mendatang di Yaman adalah salah.

"Jumlah orang dengan kondisi kelaparan di Yaman bukan 11 juta, namun bisa mencapai 14 juta. Itu adalah jumlah setengah populasi penduduk negara Yaman," ucapnya, seperti dikutip Sputnik, Rabu (24/10/2018).

Baca juga: Luka Kemanusiaan di Yaman Kembali Menganga, PBB Kirim Pesan Menohok

Bentrokan yang terjadi di pelabuhan Laut Merah Hudaydah telah memblokir bantuan yang datang untuk kelaparan di Yaman, karena pelabuhan tersebut merupakan pelabuhan utama untuk wilayah Yaman bagian utara.

Utusan Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia mengatakan, Moskow akan terus memberikan bantuan kepada orang-orang yang menjadi korban perang di Yaman.

Nebenzia mengatakan, Rusia mendukung upaya-upaya PBB dalam memimpin dalam menemukan solusi politik di Yaman dan mendesak semua pihak untuk menahan diri.

Penulis :
Noor Pratiwi

Terpopuler