
Pantau.com - Seorang warga negara Turki mengalami peristiwa yang nyaris merenggut nyawanya dalam serangan teroris pada Jumat (15 Maret 2019) di Christchurch, Selandia Baru.
Mustafa Boztas, yang berada di Masjid An-Nur di Christchurch selama serangan teror, mengatakan pada Minggu (17 Maret 2019) kepada Kantor Berita Turki, Anadolu, bahwa ia ditembak di kaki oleh teroris tersebut tapi dengan susah-payah berhasil menyelamatkan diri melalui jendela masjid.
Boztas, yang saat ini dirawat di rumah sakit, mengatakan bahwa saat kejadian ia bergegas keluar melalui jendela masjid ketika tembakan berhenti.
Baca juga: Saat Sapaan 'Hello Brother' Daud Nabi Dibalas Rentetan Peluru Tarrant
Ia mengenang bagaimana orang yang sedang shalat berusaha keluar dari masjid ketika mereka menyadari bahwa itu adalah serangan teror. "Semua orang mulai berlarian dan berteriak. Teroris menembaki kami ... Lalu ia pergi," kata Boztas.
Penembakan tersebut berhenti sebenar, ia mengenang, dan menduga mungkin teroris itu berusaha mengisi kembali senjatanya.
"Ketika penembakan berhenti, saya mengangkat kepala sementara tak ada seorang pun di sana. Saya memecahkan kaca jendela dengan menggunakan kepala saya dan menyelamatkan diri," katanya.
Ia selamat dalam hitungan detik, katanya, sementara kamera teroris tersebut merekam dia meninggalkan tempat itu. Boztas menambahkan bahwa di luar masjid ia melihat seorang lelaki muda di tanah.
"Saya melakukan tindakan penyelamatan. Saya berusaha menyelamatkan dia tapi sayangnya ia sudah meninggal, jadi saya menutup matanya dan mendengar suara tembakan lain, jadi saya berlari," katanya.
Baca juga: Sosok Lilik Abdul Hamid, WNI Korban Penembakan Brutal di Christchurch
Sedikitnya 50 orang tewas saat teroris yang bernama Brenton Harrison Tarrant menembaki orang-orang yang sedang menjalani Shalat Jumat di Masjid An-Nur dan Linwood, kota terbesar ketiga di Selandia Baru. Pembantaian tersebut disiarkan langsung di media sosial.
Tiga warga negara Turki termasuk di antara orang yang cedera dalam serangan teroris itu, kata Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Sabtu (16 Maret 2019).
- Penulis :
- Noor Pratiwi