
Pantau.com - Ankara telah menyiapkan penyelidikan internasional untuk kasus pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi yang dibunuh pada Oktober lalu di Gedung Konsulat Saudi di Istanbul, Turki. Turki bersama Arab Saudi menyelidiki kasus tersebut, namun Turki merasa penyelidikan itu tidak mengungkap kasus pembunuhan Khashoggi.
"Ada negara-negara Barat yang mencoba untuk menutupi kasus itu. Kami tau dan melihat dengan jelas, perjanjian apa yang dibuat. Kami melihat bagaimana orang-orang yang berbicara tentang kebebasan pers namun menutupi kasus ini demi uang," kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu, seperti dikutip kantor berita Anadolu.
Baca juga: Sidang Kasus Khashoggi, PBB: Keadilan Arab Saudi Masih Dipertanyakan
"Sekarang kami membuat persiapan untuk penyelidikan internasional dalam beberapa hari mendatang. Kami akan mengambil langkah yang diperlukan," tambahnya.
Ankara dan Riyadh memulai penyelidikan kematian Khashoggi di Konsulat Saudi pada 2 Oktober lalu. Namun, kesimpulan keduanya telah menyimpang tajam, Saudi menolak kerjasama dengan Turki, termasuk mengekstradisi terdakwa yang melakukan pembunuhan wartawan itu, menurut Al Jazeera.
Riyadh sendiri telah memulai penyelidikan sendiri dengan menetapkan 11 tersangka di awal tahun ini, dengan lima tersangka dijatuhi hukuman mati, melansir Sputnik, Rabu (23/1/2019).
Baca juga: Arab Saudi Kecam 'Campur Tangan' Senat AS Terkait Pembunuhan Khashoggi
Ankara dan CIA menyimpulkan bahwa pembunuhan direncanakan dan dikoordinasi oleh petinggi Saudi, termasuk Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Namun, Trump dan pihak Kerajaan telah membantah pernyataan tersebut, dan mengklaim bahwa kasus itu merupakan sebuah operasi nakal yang dilakukan warga Saudi.
Meski demikian, sampai saat ini, jasad Khashoggi belum juga ditemuakan, tetapi rekaman CCTV yang telah bocor pada bulan lalu menunjukan bahwa jasad Khashoggi telah dihilangkan setelah dimutilasi di hari kematiannya.
Jamal Khashoggi merupakan seorang kolumnis The Washington Post yang memiliki hubungan dekat dengan Persaudaan Muslim, yang kerap mengkritik kebijakan Riyadh pada beberapa tahun terakhir sebelum kematiannya, terutama perang yang masih berlangsung di Yaman.
- Penulis :
- Noor Pratiwi