Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Horor! Mantan Presiden Peru Bunuh Diri untuk Hindari Penangkapan

Oleh Noor Pratiwi
SHARE   :

Horor! Mantan Presiden Peru Bunuh Diri untuk Hindari Penangkapan

Pantau.com - Alan Garcia merupakan tokoh politik Peru yang mempunyai karismatik yang cukup populer untuk menjadi presiden terpilih kedua kalinya. Namun, pasang surut syarat yang harus dipenuhinya, ia terjebak dalam skandal suap Odebrecgt yang mengguncang Amerika Latin.

Melansir Reuters, Kamis (18/4/2019), Garcia (69), tewas dengan menembak kepalanya sendiri di kediamannya di Lima, Rabu, 17 April 2019, saat polisi telah menunggu di sisi lain rumahnya untuk menahannya atas kasus Odebrecht, yang telah menjerat tiga mantan Presiden Peru.

Garcia sebelumnya telah menyangkal tuduhan korupsi yang telah lama menyorotnya, ia juga mengatakan bahwa dirinya merupakan korban dari penganiayaan politik.

"Orang lain mungkin menjualnya keluar, bukan saya," katanya kepada wartawan saat konferensi pers terakhirnya pada Selasa, 16 April 2019, menyusul dengan penyelidikan dirinya dalam suap ke pembangunan Odebrecht dalam beberapa tahun terakhir.

Sebagai putra dari seorang akuntan dan guru sekolah, Garcia menjadi salah satu orator terbesar di Amerika Latin dan memerintah Peru dari sayap kiri sejak 1985-1990. Ia kemudian membuat dirinya menjadi juara investasi asing dan perdagangan bebeas untuk memenangkan dirinya dalam pemilihan presiden pada 2006.

Garcia diuntungkan dengan hubungan keluarganya dengan Victor Raul Haya de La Torre, pendiri APRA, yang dulunya merupakan partai politik terbesar dan terkuat di Peru.

Baca juga: Teror Christchurch Berlalu, Tingkat Keamanan Selandia Baru Normal Lagi

Setelah mendapatkan gelar sarjana hukum di Lima dan belajar ilmu politik di Madrid, Garcia memenangkan kursi di Kongres pada 1985 dan menjadi Presiden pertama APRA pada usia 36 tahun.

Ia berjanji untuk membawa sejarah untuk membawa kembali orang-orang Peru ke dalam kontes politik dan berjanji kepada jutaan penduduk yang hidup dalam kemiskinan untuk memperluas kekayaan mineral di negara itu.

Garcia pernah memperoleh dukungan luar biasa hingga 90 persen, yang disebut-sebut sebagai John F. Kennedy Peru.

Namun, popularitasnya mulai retak. Pada Juni 1986, pasukan keamanan membunuh ratusan narapidana gerilya dalam kerusuhan di penjara Lima, yang membuat orang-orang meragukan reputasi Garcia sebagai pembela hak asasi manusia.

Kejayaannya pun tenggelam lebih lanjut ketika dirinya mencoba untuk menasionalisasikan bank di tahun 1987 dan menolak untuk membayar utang asing, yang memicu resesi yang mendalam.

Akhir masa jabatannya dirusak oleh inisden perang yang meningkat dengan para gerilyawan Shining Path dan menyebabkan hiperinflasi melebihi 2.000.000 persen dengan tuduhan korupsi yang meluas. Pada Juli 1990, ia resmi meninggalkan kantor kepresidenan.

Kesempatan kedua

Tidak sampai di situ, setelah menghabiskan sembilan tahun di luar negeri untuk menghindari tuduhan korupsi, ia akhirnya kembali ke Peru dan terjun kembali ke dunia politik dengan meyakinkan pemilih bahwa dirinya lebih bijaksana dari sebelumnya.

Ia gagal dalam kontes pemilihan presiden pada 2001, namun ia berhasil memulihkan kembali citranya. Kali ini, ia berjanji untuk menghindari kesalahannya di masa lalu dan akan mengendalikan anggaran pengeluaran, menarik investor, dan menangani pemberontakan.

Pada 2006, Garcia kembali maju sebagai calon presiden dan mengalahkan Ollanta Humala, yang miliki hubungan erat dengan banyak elit politik seperti mantan Presiden Venezuela Hugo Chavez.

Baca juga: Julian Assange: Buronan Kelas Kakap yang Akhirnya Ditangkap

Dalam masa jabatannya yang kedua, Garcia menumbuhkan kembali perekonomian yang eksplosif. Ia membawa miliaran dolar dari investor pertambangan dan energi ke Peru. Namun, popularitasnya kembali menurun setelah dirinya meninggalkan kantor kepresidenan pada 2011, karena memberikan ribuan grasi kepada para penyelundup narkoba dalam masa jabatannya kedua.

Garcia, yang memiliki enam anak dewasa, mencalonkan diri sebagai presiden kembali pada 2016, namun ia gagal memperoleh hasil besar. Ia kemudian mengundurkan diri sebagai Presiden APRA dan mendesak para anggota mengubah partai tersebut tanpa dirinya.

Garcia merupakan salah satu dari sembilan orang yang ditangkap dalam kasus penyelidikan suap ke Odebracht. Namun, ia menembak dirinya setelah polisi tiba untuk menangkapnya dan meninggal di rumah sakit beberapa jam kemudian.

Presiden Peru Martin Vizcarra telah memerintahkan bendera Peru untuk diterbangkan setengah tiang untuk menghormati Garcia.

Penulis :
Noor Pratiwi