
Pantau.com - Siapa sangka bagi Dani Aditya (29) menonton pertunjukan stand up comedy atau open mic seorang Ernest Prakasa berperan besar mengubah kehidupannya. Pasalnya Dani yang kebanyakan aktivitasnya habis dilakukan di atas kursi roda memang 'berbeda' dari orang lain, ia tidak bisa berjalan dan berbicara selayaknya orang normal.
Pada 2013 tepatnya, Dani yang saat itu masih bermukim di Malang, Jawa Timur, diajak seorang kawan menyaksikan aksi open mic Ernest dan dibuat tercengang, bukan karena kelucuannya, tapi lebih pada tak menyangka aksi ‘mengocok perut’ yang dilakukan Ernest tersirat kesan curhat dan berkeluh kesah sebagai anak berperawakan China, tapi mampu menjadikan hal itu sebagai lawakan.
Baca juga: Sakit Kanker Hati, Komika Muda Gebi Ramadhan Meninggal Dunia
Dari sanalah Dani mulai suka menonton aksi open mic para komika, dan dari sana jugalah akhirnya ia mengenal komunitas Stand Up Comedy Indo Malang berikut para komika di dalamnya yang telah menjadi sahabat sekaligus guru baginya.
Dani yang sudah lulus dan menyandang gelar Strata-1 Teknik Infomatika di STKI Malang, nyatanya malah lebih asik bergaul dengan para komika yang mengenalkannya pada dunia stand up, dari hal remeh hingga menuntunnnya membuat materi. Bahkan mereka ikut mendorong Dani untuk berani melakukan open mic atau melakukan aksi stand up.
Pada awalnya pria kelahiran 1991 itu merasa ragu, hingga entah bagaimana ia memantapkan hati untuk berani tampil. Hingga akhirnya, pada penampilan perdananya Dani mampu memberikan penampilan maksimal dan membuat suasana menjadi ‘pecah’.
“Waktu itu saya materinya ‘Perkenalkan nama saya Dani, kalau orang cacat di sekolah itu seperti bos besar seperti bos mafia, jadi apa-apa yang kita suruh pasti datang sendiri, saya minta makan temen saya bawa makanan, saya minta minum temen saya bawa minuman’. Tapi penampilan kedua ketiga baru tuh saya dapet ‘boom’,” ungkap Dani menggebu-gebu menceritakan pengalamannya kepada Pantau.com di Kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Lolos Audisi Namun Tak Dapat Panggilan ke Jakarta
Empat hingga lima bulan lamanya Dani menggeluti dan begaul dengan dunia stand up comedy, sampai akhirnya membuat anak kedua dari lima bersaudara ini memberanikan diri mengikuti audisi stand up di salah satu stasiun televisi swasta nasional.
Setelahnya, tak disangka Dani dinyatakan lolos dan mendapat ‘golden ticket’ untuk berangkat ke ibu kota dari Malang, tapi berhari-hari ditunggu ia tidak mendapat telepon dan kabar, tindak lanjut informasi untuk keberangkatannya. Di sisi lain ia sudah berbicara dengan banyak orang tentang pencapaiannya itu.
“Untuk sedihnya enggak begitu sih, karena pada waktu itu mungkin pengalamanku masih belum banyak, mungkin karena Kompas juga mandang aku, anak ini masih baru, kalau di pertahanin di kompetisi bakal kasihan juga,” ungkapnya.
Momen itu, akhirnya membuat pikiran Dani melayang pada pengalaman pahit di beberapa bulan ke belakang, dimana sebuah audisi stand up di Malang pernah menyatakan ia lolos namun tiba-tiba didiskualifikasi hanya karena dia seorang disabilitas. Tidak menyerah, di tahun berikutnya 2015 ia kembali mencoba peruntungan kembali, dan berhasil. Dani lolos dan pergi ke Jakarta, bahkan berhasil masuk 4 besar bertarung dengan komika lainnya, yang lebih ‘normal’ darinya.
“Setelah coba lagi di 'SUCI 5' tenyata lolos, mungkin waktu itu oh anak ini sudah mateng sudah waktunya ke Jakarta,” ungkapnya sembari mengenang.
Tertawakan Kecacatan Bersama-sama
Sejak awal memulai karirnya di dunia komedi, Dani selalu berprinsip ‘lebih baik ditertawakan di depan, daripada di belakang’. Pemikiran ini didapatnya dari pengalaman kelam di masa kecilnya, dimana ia yang pernah bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB), kemudian dipindah ke Sekolah Dasar Umum dan bergaul dengan anak ‘normal’, yang ternyata memicu sakit hatinya karena terus mendapat bully-an.
“Sebelum saya kenal stand up dan dari kecil saya sekolah di SLB sempat pindah di sekolah umum, di sekolah umum saya biasa diketawain orang,” ceritanya dengan sorot mata sedikit sayu.
Kini pemikiran sakit itu tidak tersisa dalam benaknya, karena di dunia stand up ia sadar betul cara terbaik untuk sukses adalah berdamai dengan keadaan, dan akhirnya ia berhasil. Kini ia sudah tidak malu dengan kondisinya, bahkan ia selalu siap diroasting (jadi bahan lawakan) antar sesama komika.
“Malah seneng (di-roasting) karena saya tau di stand up bakal di roasting, itu kan risiko saya di stand up, berarti kalau saya di-roasting saya dianggap mampu seperti komika-komika lainnya,” imbuhnya mantap.
Sempat Berniat Bunuh Diri
Untuk mencapai titik ‘berdamai’ memang tidak mudah, jalan terjal dan penuh kerikil harus lebih dulu ia lalui, bahkan pria berperawakan mungil ini akui sempat ingin mengakhiri hidupnya. Ia merasa berat dihina dan dicaci oleh teman-teman masa kecilnya di sekolah umum, hingga akhirnya sang ibunda mengetahui niatannya itu.
“Waktu itu saya enggak nerima, dibilang ‘Dani itu anaknya ngerepotin banget’, saya sampai diludahin saya suruh pindah ke SLB, saya disitu baper banget, ‘Apa bener hidup saya ini ngerepotin orang?’, ‘Enggak bisa bikin orang bangga?’, aku bilang mau bunuh diri,” ceritanya.
Uniknya, bukannya marah atau sedih ibunda Dani malah mengantar dan mendorongnya ke pinggir jalan dan mendukung niatannya untuk bunuh diri. Dani kecil saat itu sontak saja kaget bukan kepalang dan malah berbalik ketakutan. Bahkan menurut sang ibunda, jika tidak berhasil ditabrak tidak ada salahnya menggunakan pisau.
“Mama aku kasih pisau banyak, ‘nih pilih yang mana’, aku begitu digituin malah takut ngeri, terus mamaku bilang ‘kalau omongan kayak gitu aja enggak tahan, gimana kalau udah gede banyak yang ngomong kayak gitu, bahkan lebih parah’,” tuturnya.
Setelahnya, Dani kecil yang masih duduk di kelas 4 SD tak lagi berani mengutarakan niatannya untuk mengakhiri hidup. Ditambah ia semakin dikuatkan dengan cara ibunda mem-bully-nya yang terbilang parah karena tak kenal waktu dan tempat. Cara yang unik memang, tapi nyatanya perkataan kasar wanita yang melahirkannya itu ampuh melatihnya jadi lebih tabah dan kuat, bahkan kini ia jadi kebal dengan nyinyiran orang.
“Tapi membuat saya kuat, jadi kebal, kata-katanya anak stand up enggak ada apa-apanya sama kata-katanya mamah saya,” ungkapnya.
Menulis Buku dan Menggelar Stand Up Comedy Tunggal
Belum cukup menuangkan keluh kesahnya dalam dunia stand up, Dani kemudian menulis sebuah buku ‘Cacad 1/2 Matang’ pada tahun 2019. Berisi aneka pengalaman dan kesehariannya selama 6 tahun berkiprah sebagai komika disabilitas, tapi pembahasan di dalamnya tidak melulu hal menyedihkan. Sebaliknya, pembacanya dipastikan akan dibuat terpingkal dengan cerita lucu di dalamnya.
“Kayak buku diary, memang ada humor, kalau kita serius banget, orang (berpikir) ‘bener nih, difabel banyak sedihnya, banyak dukanya’. Sebenernya kalau kita menjalani difabel itu enggak sedih-sedih banget, ada lucunya,” tuturnya.
Tak ingin berhenti, kepada Pantau.com Dani bercerita akan kembali menelurkan buku karya terbarunya tentang kisah cintanya hingga akhirnya bertemu sang istri Dian, dan kemudian memutuskan untuk menikah.
Tak sampai disitu, pada 24 Februari 2019 lalu Dani menggelar special stand up comedy show dengan tajuk ‘Dark Side’, berkapasitas 300 orang penonton di kawasan Pondok Indah. Fantastis pemesanan tiket beberapa hari jelang hari H, tiket seharga Rp250 ribu sold out ludes terjual.
“Itu adalah materinya yang enggak bisa dikeluarin di televisi, yang orang bilang gelap banget bahasanya. Ini loh yang biasanya orang bilang gelap, ternyata enggak gelap-gelap amat masih bisa diketawain juga,” ungkapnya mengenang.
Pertemuan Cinta yang Manis dengan Sang Istri
Dian Desty dan Dani Aditya. (Foto: Pantau.com/Dini Afrianty Efendi)
Siapa sangka dari stand up komedi jugalah Dani menemukan tambatan hatinya, Dian Desty (27) yang kini telah resmi jadi istri dan ibu dari putra semata wayangnya.
Kisah ini berawal pada 2016, saat Dian yang tengah menonton stand up comedy di Balai Kartini Jakarta Selatan, melihat Dani yang tengah berdiri dengan menggunakan penyangga, Dian kemudian rela memberikan tempat duduknya untuk Dani. Bagai gayung bersambut, dari pertemuan itu keduanya terus saling berkomunikasi dan menjalin pembicaraan, bahkan saling mengirim pesan melalui dunia digital alias media sosial.
Di mata Dian, Dani adalah sosok istimewa dan berbeda dari pria kebanyakan, meski awalnya Dian tak menampik terbesit rasa kasihan karena mengingatkan pada sosok almarhum ayahnya yang juga seorang disabilitas. Namun lambat laun perasaan itu silih berganti menjadi peduli dan kian istimewa, hingga keduanya menumbuhkan benih asmara.
“Saya ngeliat Dani ingat ayah saya, dari dulu saya open minded, walaupun setelah kami kenal, kita punya pemikiran yang sama, sering beri motivasi bareng, kita punya tujuan yang sama. Ya udah waktu itu ngobrol-ngobrol, makin kenal makin kagum,” timpal Dian ikut bercerita.
Tidak berlangsung lama, pada 2017 keduanya meresmikan hubungan di atas meja KUA sebagai suami istri, dan kini keduanya telah memiliki seorang putra tampan, Ethan yang mulai belajar berjalan dan merangkak.
Baca juga: Terima Kritik, Ernest Prakasa Kurangi Pemain Komika di Film Imperfect
Beri Warna Baru Stand Up Comedy Indonesia
Kehadiran dan kiprah Dani sebagai komika tak disangka berikan wajah baru dunia stand up comedy Indonesia, hal ini terbukti di seri-seri berikutnya semakin banyak penyandang disabilitas atau peserta berkarakter ‘beda’ mulai berani mengikuti kompetisi stand up comedy.
Hal ini juga tak disangka oleh Dani sekalipun, yang disertai rasa bangga dalam dirinya, karena mampu menginspirasi penyandang disabilitas lain untuk berani buktikan eksistensi dan mengasah bakat sebaik-baiknya, termasuk sebagai komika.
“Sangat bangga, karena aku enggak pernah nyangka sampai aku di titik jadi inspirasi banyak orang, aku bahkan sekarang aku beberapa kali di panggil sebagai motivator, untuk memotivasi anak-anak lainnya. Saya enggak nyangka sampai titik kayak gini, saya nyangkanya dulu ya udah ikut stand up iseng-iseng doang, minimal curhatan aku sebaagai anak cacat di dengar, terus perasaan aku didengar,” ungkapnya
Kini selain sibuk melakukan aksi stand up, Dani yang juga telah jadi motivator dan mengisi cerita inspiratif, memberikan kiat dan kunci sukses seorang disabilitas di berbagai acara. Menurut Dani kuncinya hanya dua yakni berani jujur dan membuka diri.
“Pokoknya awalnya dari diri kita sendiri berani enggak membuka diri ke orang lain, biasanya sih anak-anak difabel itu takut-takut kalau mau ngomong sama orang, karena dia takut ngomong sama orang, orang jadi takut ngomong sama dia, takut sakit hatilah atau apa,” tutupnya.
rn- Penulis :
- Gilang