Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Menerka Langkah Iran Melawan AS, Akankah Perang Dunia Kembali Terjadi?

Oleh Kontributor NPW
SHARE   :

Menerka Langkah Iran Melawan AS, Akankah Perang Dunia Kembali Terjadi?

Pantau.com - Belum sepekan tahun 2020 berjalan, Amerika Serikat di bawah pemimpin kontroversialnya, Donald Trump, sudah memantik api perang dunia dengan meluncurkan serangan udara kepada petinggi militer Iran yang sedang berada di Irak. Kepala Pasukan Quds Qaseem Soleimani meninggal dunia dalam peristiwa itu. Insiden ini memicu kemarahan lebih besar Iran kepada Amerika Serikat.

Pada Jumat (3/1), Qaseem Soleimani, perancang operasi klandestin dan militer Teheran di luar negeri sebagai Pasukan Quds Pengawal Revolusi tewas dalam serangan pesawat tak berawak milik AS pada konvoi di bandara Baghdad. Tak hanya Soleimani, kepala paramiliter Irak Abu Mahdi al-Muhandis juga tewas dalam serangan tersebut.

Usai serangan pada petinggi militer Iran itu, pada Sabtu malam (4/1), beberapa roket juga jatuh di dan sekitar Baghdad, termasuk di dalam Zona Hijau (kantong keamanan tinggi di mana kedutaan besar AS berada) yang dijaga ketat dan pangkalan udara Balad yang menampung pasukan Amerika. 

Simbol Pembalasan

Kabar besar kematian Soleimani oleh AS dikecam oleh Iran. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, bendera merah dikibarkan di atas Masjid Jamkaran di Kota Suci Syiah Qom, Iran. Ini adalah respon keras Iran untuk Amerika Serikat. Melansir The Times of India, bendera merah Iran diartikan sebagai panggilan untuk melakukan pembalasan terhadap kematian Soleimani.

Bendera merah dalam tradisi Syiah melambangkan darah yang tumpah secara tidak adil dan panggilan untuk membalas seseorang yang terbunuh. Bendera merah juga merupakan peringatan bahwa pertempuran hebat akan terjadi dalam waktu dekat.

Menurut CNN, bendera merah merupakan panggilan untuk pembalasan teradap kematian Imam Hussein, cucu dari Nabi Muhammad SWA, yang terbunuh dalam memimpin perang melawan kekhalifahan Umayyah di Karbala pada 680 SM. Hussein merupakan tokoh sentral bagi kaum Syiah. Ia meninggal di Karbala bersama adik tirinya yang setia, Abbas.

Bendera merah dikibarkan di atas masjid Jamkaran di kota suci Qom, Iran.

Baca juga: Bisakah Iran Tahan Diri Redam Bola Panas Bernama Perang Dunia

Menurut Hussein Abadi, administrator masjid yang bertanggung jawab untuk urusan budata mengatakan bahwa selama tiga tahun terakhir, bendera tersebut telah berkibar di atas masjid selama sepuluh hari berkabung di bulan Muharram, di mana para Muslim Syiah memperingati Hussein Ibn Ali.

Sementara itu, menurut Duta Besar Iran untuk Indonesia, H.E. Mohammad Azad, bendera merah di Iran adalah bendera yang mempertandakan mati syahidnya seseorang. Ia juga melihat bendera tersebut diartikan sebagai bendera yang menunjukkan dimulainya perang, demikian dikutip dari Liputan6.com.

Saat ini, pengibaran bendera merah menggarisbawahi keseriusan seruan Iran untuk membalas kematian Kepala Pasukan Elit Quds, Qasem Soleimani.

Beberapa jam usai pengibaran bendera itu, Presiden Donald Trump mengancam akan menargetkan 52 situs di Iran jika negara itu mencoba balas dendam dengan menyerang aset Amerika. "AS tidak menginginkan ancaman lagi!" kata Trump.

Ratusan ribu orang di Iran menggelar aksi protes selama akhir pekan menuntut pemerintah melakukan pembalasan terhadap serangan Amerika tersebut. Pada Minggu, puluhan ribu orang yang mengenakan pakaian berwarna hitam telah memenuhi jalan-jalan di Mashhad dan Ahvaz.

Mereka menyambut kedatangan jenazah Qaseem Soleimani. Soleimani akan disemayamkan di sebuah kuil Syiah di kota suci Qom, selatan Teheran, sebelum dimakamkan di kampung halamannya di Kerman. Dikutip Al Jazeera, setidaknya 56 orang tewas akibat berdesak-desakan dalam prosesi pemakaman Soleimani.

Penjaga Iran memegang gambar Jenderal Qassem Soleimani, selama protes menentang pembunuhannya, di depan kantor PBB di Teheran, pada 3 Januari 2020. (WANA/Nazanin Tabatabaee via Reuters)

Serangan Balik Iran

Pada Rabu pagi (8/1), Iran melakukan serangan dengan menembakkan lebih dari selusin roket ke dua pangkalan militer Irak yang meampung pasukan Amerika Serikat. Roket-roket ditembakkan di pangkalan Ain al-Asad di provinsi Anbar dan pangkalan di Erbil. Iran telah berikrar akan melakukan pembalasan parah terhadap Amerika.

Sumber-sumber keamanan Irak menuturkan kepada AFP bahwa serangan rudal ini terjadi dalam tiga tahap setelah Selasa (7/1) tengah malam waktu setempat. Iran langsung mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. 

Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan setiap pembalasan AS terhadap serangan rudal Iran pada pangkalan Amerika dapat menyebabkan perang habis-habisan di Timur Tengah. "Setiap tindakan militer yang merugikan oleh AS akan dipenuhi dengan perang habis-habisan di seluruh wilayah. Namun, Saudi dapat mengambil jalan yang berbeda -mereka dapat memiliki kedamaian total!" ujar Hessameddin Ashena mengatakan dalam sebuah pernyataan di Twitter.

Baca juga: 32 Pelayat Meninggal Dunia Saat Hadiri Pemakaman Soleimani

Dikutip Bloomberg, seorang pejabat bahkan mengonfirmasi bahwa serangan dilakukan di Ayn al-Asad di Irak Barat. Ini dilakukan sebagai balasan atas kematian Jenderal Qasem Soleimani. "IRGC mengumumkan kepada Setan AS bahwa balasan yang dilakukan akan dipenuhi rasa sakit dan kehancuran," kata IRGC.

Menanggapi serangan Iran, Trump dalam akun Twitternya mengatakan bahwa semua baik-baik saja. "Semua baik-baik saja!" kata Trump. "Rudal diluncurkan dari Iran di dua pangkalan militer yang berlokasi di Irak. Penilaian korban & kerusakan terjadi sekarang. Sejauh ini, begitu baik! Kami memiliki militer paling kuat dan lengkap di mana saja di dunia, sejauh ini! Saya akan membuat pernyataan besok pagi."

Di tengah panasnya konflik antara Amerika dan Iran, Presiden Rusia Vladimir Putin telah bertemu dengan timpalannya dari Suriah, Bashar al-Assad dalam kunjungan yang sangat jarang ke ibu kota Suriah. 

Kunjungan Putin pada Selasa kemarin merupakan yang pertama ke Damaskus dan yang kedua bagi Suriah, sekutu penting Iran, sejak dimulainya perang yang hampir berjalan selama sembilan tahun yang diikuti pasukan Rusia pada 2015 untuk mendukung pemerintah Suriah Pasukan Amerika Serikat yang berpangkalan di Suriah timur, menjadikan negara itu sebagai tempat konflik potensial dengan Iran.

Penulis :
Kontributor NPW