Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Turki Dilanda Krisis Keuangan, Indonesia Menyusul?

Oleh Nani Suherni
SHARE   :

Turki Dilanda Krisis Keuangan, Indonesia Menyusul?

Pantau.com - Krisis keuangan sedang melanda negara Turki. Seperti diketahui nilai tukar Lira terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) terdepresiasi mencapai 18 persen. Angka tersebut paling buruk sejak tahun 2001. 

Namun depresiasi juga tak hanya terjadi di Turki beberapa negara lain termasuk Indonesia. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan terjadi krisis yang sama. Namun Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai kondisi ekonomi Indonesia dan Turki memiliki perbedaan.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengatakan, perekonomian domestik saat ini tetap terjaga meski ditengah tekanan ekonomi pasar global. Hal ini kata dia, terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang berkisar 5 persen serta inflasi yang tetap terjaga di 3,5 persen.

"Secara keseluruhan, ekonomi Indonesia tetap kita jaga, perbedaan yang sangat nyata inflasi kita 3,5 persen, di Turki sudah di atas 15 persen," ujarnya saat ditemui di Gedung Dhanapala, Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Selasa (14/8/2018).

Baca juga: Mata Uang Lira Anjlok, Wisatawan di Turki Borong Oleh-oleh

Selain itu, kondisi defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) Indonesia dinilai tak setinggi Turki sehingga menurutnya akan jauh lebih terjaga.

"Hutang-hutang dari sisi forex yang dilakukan swasta maupun perbankan, juga public debt Indonesia itu relatif masih dalam posisi controlable," ungkapnya.

Selain itu Sri mengatakan, Indonesia dinilai tak berada di posisi perekonomian yang merasakan terdampak sangat besar terhadap pertukaran mata uang asing (foreign exchange/forex). Sebab sudah ada antisipasi mengurangi dampak tersebut sejak 2015 silam yakni pada saat terjadinya taper tantrum.

"Jadi sebetulnya dari sisi swasta mereka juga sangat aware terhadap kemungkinan terjadinya exposure kalau meminjam dari sisi mata uang asing. Dari perbankan kita juga sudah lihat dari CAR (rasio kecukupan modal), NPL (rasio kredit bermasalah), dan sumber pendanaan mereka sendiri," paparnya.

Baca juga: Tak Berdampak Langsung ke Indonesia, Krisis Turki Pengaruhi Ekonomi Global

Pihaknya mengaku terus melakukan pembiayaan dari luar negeri dengan perhitungan yang hati-hati.

Ia memastikan, bila perekonomian membutuhkan devisa maka pemerintah akan sesuaikan dengan strategi pembiayaan, termasuk pendapatan penerimaan pemerintah yang berasal dari mata uang asing.

"Kan kita mendapatkan penerimaan dari sisi minyak dan gas itu semua dalam bentuk mata uang asing. Itu semua yang akan kita seimbangkan," pungkasnya.

Penulis :
Nani Suherni