Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Tak Selamanya Enak, Menkeu Beberkan Tantangan Perekonomian RI

Oleh Nani Suherni
SHARE   :

Tak Selamanya Enak, Menkeu Beberkan Tantangan Perekonomian RI

Pantau.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan tantangan perekonomian Indonesia menjelang akhir tahun 2018 ini hingga tahun 2019 mendatang. Ia memaparkan meski narasi pemulihan perkembangan ekonomi global terjadi sejak 2017, namun hal itu perlu ditinjau kembali. Diantaranya, karena  kebijakan moneter Amerika Serikat.

"Narasi itu sudah mulai akan ditinjau kembali karena terlihat pemulihan ekonomi dunia makin menunjukkan risiko yang meningkat akibat pertama normalisasi kebijakan moneter AS," ujarnya saat pemaparan di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (10/9/2018).

Kenaikkan Suku Bunga AS

Normalisasi kebijakan moneter AS membuat peningkatan suku bunga dan tingkat likuiditas. Likuditas secara bertahap dikurangi dengan cara asset purchase dirilis dengan demikian lukiditas disedot.

"Implikasinya tentu sangat global, karena dolar AS merupakan currency yang digunakan diseluruh dunia komponen yang paling besar dan banyak digunakan, dengan ada kenaikkan suku bunga dan likuditas menurun. suku bunga AS selama beberapa kuartal naik cukup signifikan 2007 2018 sudah lebih 125 bps. Dari sisi implikasinya downside risk pemulihan akan terjadi," ungkapnya.

Baca juga: Dihadapan Dewan, Sri Mulyani Ungkap Dampak Pelemahan Rupiah terhadap APBN

Ketegangan Perdagangan

Faktor kedua menurutnya yang menimbulkan risiko kebijakan soal perdagangan AS. Ketegangan perdagangan yang terjadi pada Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan AS masih terus berlanjut.

"Pertama 50 bilion impor dari RRT yang diberi tarif oleh trump dan saat yang sama disampaikan 200 bilion akan dikenakan, ketiga pada saat di pengumuman akhir pekan ini ini 267 bilion. Sehingga total impor dari RRT ke AS yang dikenakan tarif lebuh dari 500 bilion target perdagangan AS," ungkapnya.

Resiko pengenaan tarif ini bukan hanya terjadi kepada China namun juga Kanada, negara-negara Eropa hingga berpotensi ke Jepang. Hal ini menimbulkan dinamika baru dalam perekonomian global yang berpengaruh pada pertumbuhan negara dunia. 

Penulis :
Nani Suherni