Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Para Akademisi Ditantang Kalahkan Vietnam soal Budidaya Ikan

Oleh Ahmad Munjin
SHARE   :

Para Akademisi Ditantang Kalahkan Vietnam soal Budidaya Ikan
Foto: Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menjawab pertanyaan awak media di sela kunjungan kerja di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (28/12/2024). (ANTARA/Harianto)

Pantau – Para akademisi diajak untuk bekerja sama mengalahkan Vietnam dalam sektor budidaya perikanan. Tantangan ini demi meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global.

Betapa tidak, Indonesia baru sekitar 5,5 juta ton hasil budidaya perikanan setiap tahun. Bandingkan dengan Vietnam yang mampu menghasilkan 25 juta ton.

Karena itu, perlu dukungan salah satunya perguruan tinggi di bidang perikanan untuk melakukan riset utamanya mengenai bibit unggul.

Gimana kita bisa mengalahkan tetangga kita? Vietnam lautnya cuma sedikit, sementara kita dari Sabang sampai Merauke, 17.510 dengan luas garis pantai yang begitu luas, 100 ribu lebih kilometer.

Tantangan kepada para akademisi itu datang dari Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (28/12/2024).

Baca juga: KKP Sebut Penyaluran Bantuan Sektor Perikanan Capai Rp104,8 Miliar

Sebelumnya, Trenggono telah bertemu dengan akademisi di Universitas Diponegoro (Undip) membahas sejumlah permasalahan sektor perikanan.

Ia berharap adanya dukungan dari perguruan tinggi utamanya Fakultas Kelautan dan Perikanan dalam budidaya perikanan.

Dia mengungkapkan bahwa dalam sektor perikanan tangkap, Indonesia mencapai produksi 6 juta ton per tahun. Di sisi lain, Vietnam hanya menghasilkan 3 juta ton per tahun. Indonesia telah mengalami overfishing.

Ia menambahkan bahwa ekspor perikanan Indonesia meningkat sejak 2021. Pada tahun tersebut, ekspor tercatat mencapai 5,2 miliar dolar AS, dengan rata-rata 5,5 miliar dolar AS per tahun.

Baca juga: Sektor Perikanan Bakal Dapat Investasi dari Perusahaan China Capai USD 460 Juta

Impor ikan Indonesia relatif kecil, sekitar 600 hingga 700 juta dolar AS. Ikan yang paling sering diimpor adalah salmon dan makarel, yang sulit dibudidayakan di Indonesia.

Menurut dia, Indonesia dengan garis pantai sepanjang 100 ribu kilometer, memiliki potensi besar dalam sektor kelautan. Namun, pendekatan yang tepat diperlukan untuk memanfaatkan potensi ini.

Perbedaan cara berpikir antara negara kepulauan dan negara mainland menjadi perhatian Trenggono. Pendekatan yang berbasis pada kondisi geografis Indonesia dianggap penting untuk mengembangkan sektor kelautan.

"Cara berpikirnya kita itu mainland atau cara berpikir kita itu adalah archipelagic gitu, atau kepulauan. Ini menjadi penting sebetulnya. Menurut saya, harus rethinking di dalam kampus," ucap Trenggono.

Baca juga: Kemnaker Berkomitmen Tingkatkan Perlindungan Pekerja Sektor Perikanan

Ia menekankan pentingnya penelitian dalam mengembangkan sektor kelautan dan perikanan. Ia mengajak akademisi untuk berkolaborasi dengan sektor swasta dalam mengatasi tantangan perikanan Indonesia.

Budidaya perikanan, menurut Trenggono, merupakan masa depan yang menjanjikan. Keberlanjutan produk perikanan akan bergantung pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan ketelusurannya.

Tantangan utama dalam sektor perikanan adalah risiko pencemaran mikroplastik, logam berat, dan merkuri pada hasil tangkapan. Ini berbahaya bagi kesehatan masyarakat dan keberlanjutan ekosistem laut.

Baca juga: Ekonom Apresiasi Keputusan Presiden Prabowo Untuk Pertanian, UMKM, dan Perikanan

Dia juga mengingatkan bahwa populasi manusia yang terus berkembang menambah tekanan pada sumber daya laut. Sementara itu, biota laut semakin terdesak menuju pesisir akibat overfishing.

Oleh karena itu, dia mengajak perguruan tinggi untuk melakukan perubahan pola pikir dalam menyikapi masalah perikanan. Ke depan, riset dan inovasi menjadi kunci untuk mengatasi masalah ini.

"Itu tantangan-tantangan yang kita hadapi di saat ini dan masa akan datang. Jadi tentu saya kira menjadi penting sekali bagi kampus untuk melakukan perubahan pola pikir, kira-kira ke arah mana," imbuh Trenggono.

Penulis :
Ahmad Munjin

Terpopuler