
Pantau - Setidaknya ada enam sektor perindustrian di Indonesia yang diteropong potensial tumbuh dengan pesat pada 2025.
Sektor dimaksud adalah industri berteknologi tinggi untuk komponen energi terbarukan; semikonduktor; tekstil; suku cadang kendaraan bermotor; besi-baja; serta hilirisasi di sektor perikanan dan pertanian.
Peneropongan itu datang dari Center of Economic and Law Studies (Celios). Untuk industri berteknologi tinggi yang diperuntukkan sebagai komponen energi terbarukan, berpotensi melejit. Ini mengingat adanya komitmen dari Presiden Prabowo untuk membangun elektrifikasi bersih berdaya 75 gigawatt (GW) hingga 2040.
"Peluang industri berteknologi tinggi misalnya untuk baterai penyimpanan energi (energy saving storage), serta komponen panel surya, pembangkit angin, dan air," kata Direktur Celios Bhima Yudhistira Adhinegara di Jakarta, Kamis (2/1/2025).
Baca juga: Wujudkan Industri Tangguh, Kemenperin Cetak 33 Ribu Lebih SDM Kompeten
Ia mengatakan semakin cepat pemerintah menargetkan untuk memiliki elektrifikasi bersih, maka hal tersebut mesti sebanding dengan kesiapan rantai pasok industri dalam negeri, sehingga hal ini turut berpotensi menciptakan investasi di berbagai industri turunan baru.
Bhima mengatakan, untuk industri semikonduktor, tekstil pakaian jadi, suku cadang kendaraan bermotor, dan industri besi-baja berpotensi meningkat karena adanya perang dagang antara Amerika Serikat dan China.
Menurut dia, persaingan bisnis kedua negara adidaya itu bisa dimanfaatkan oleh Indonesia untuk menarik investasi dari produsen yang menghindari kenaikan tarif.
"Pabrik yang menghindari kenaikan tarif biasanya mendekati asal bahan baku atau mendekati ke pasar potensial. Indonesia memenuhi kriteria dua-duanya, kaya bahan baku sekaligus pasar yang potensial," tuturnya.
Baca juga: Kemenperin: PPN 12 Persen Diterima Industri, Relaksasi Impor Justru Jadi Kekhawatiran Utama
Sementara, hilirisasi produk perikanan dan pertanian berpotensi besar menjadi motor ekonomi di 2025, karena adanya isu pangan baik untuk pemenuhan program makan bergizi gratis (MBG), serta tingginya kebutuhan domestik dan ekspor.
- Penulis :
- Ahmad Munjin