billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

BI Proyeksi Ekonomi Global di 2025 Imbas Menguatnya Ekonomi AS

Oleh Wulandari Pramesti
SHARE   :

BI Proyeksi Ekonomi Global di 2025 Imbas Menguatnya Ekonomi AS
Foto: BI Proyeksi Ekonomi Global di 2025 Imbas Menguatnya Ekonomi AS

Pantau - Bank Indonesia (BI) meningkatkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global sepanjang tahun 2025 menjadi 3,2 persen, didorong oleh kebijakan fiskal Amerika Serikat (AS) yang agresif untuk meningkatkan perekonomiannya.

Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan ketidakpastian pasar keuangan global masih berlanjut, menyebabkan divergensi pertumbuhan ekonomi global melebar.

Baca juga: BI Lapor Aliran Modal Asing di Pekan Kedua 2025 Capai Rp4,38 Triliun

Perry menjelaskan, perekonomian AS tumbuh lebih kuat dari perkiraan, didukung oleh stimulus fiskal yang meningkatkan permintaan domestik dan kenaikan investasi di bidang teknologi yang mendorong peningkatan produktivitas.

"Sejalan dengan itu, prospek pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2025 diperkirakan lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya menjadi 3,2 persen terutama karena lebih tingginya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat sementara yang negara-negara lain itu mengalami perlambatan," jelasnya saat konferensi pers RDG BI, Rabu (15/1).

Baca juga: Bappebti Alihkan Tugas Pengaturan dan Pengawasan Aset Digital Kepada OJK dan BI

Berbeda dengan AS, dia menyebutkan ekonomi Uni Eropa, China, dan Jepang masih lemah dipengaruhi oleh menurunnya keyakinan konsumen dan tertahannya produktivitas, sementara ekonomi India masih tertahan akibat sektor manufaktur yang masih terbatas.

Di sisi lain, menurut dia, arah kebijakan pemerintah dan bank sentral AS alias Federal Reserve (The Fed) berpengaruh pada ketidakpastian pasar keuangan global.

Selain itu, menguatnya ekonomi AS dipengaruhi oleh kebijakan tarif menahan proses disinflasi atau penurunan inflasi di AS sehingga berdampak pada menguatnya ekspektasi penurunan suku bunga acuan atau Fed Fund Rate yang lebih terbatas dari perkiraan sebelumnya.

Baca juga: Survei BI Sebut Indeks Keyakinan Konsumen Meningkat di Desember 2024

"Kebijakan fiskal Amerika Serikat yang lebih ekspansif mendorong yield US treasury lebih tinggi, baik tenor jangka pendek maupun panjang," kata Perry.

Perry menjelaskan, bersamaan dengan ketegangan geopolitik yang terus berlanjut, perkembangan tersebut menyebabkan makin besarnya preferensi investor global untuk memindahkan portofolionya ke AS.

Baca juga: Pinjaman Luar Negeri Dongkrak Cadangan Devisa Jadi 155,7 Miliar Dolar AS

Dengan demikian, indeks mata uang Dolar AS naik tinggi, imbasnya semakin menambah tekanan terhadap pelemahan berbagai mata uang dunia, termasuk Rupiah.

"Berbagai perkembangan global ini memerlukan penguatan respons kebijakan dalam memitigasi dampak rambatan global tersebut untuk tetap menjaga stabilitas dan di sisi lain mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri," kata Perry.

Baca juga: BI Buka Suara soal SBN Rp700 Triliun di Kasus Uang Palsu Makassar

Penulis :
Wulandari Pramesti