
Pantau - Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) Indonesia berkomitmen mempercepat investasi untuk mendukung inovasi ekonomi biru di Asia Tenggara. Hal ini diwujudkan dengan menghubungkan para inovator dengan investor yang dapat membantu pendanaan dan pengembangan produk mereka.
Kepala Perwakilan UNDP Indonesia, Norimasa Shimamura, menekankan pentingnya dukungan finansial bagi para inovator dalam ASEAN Blue Innovation Expo and Business Matching di Jakarta, Rabu (19/2/2025). Dalam acara tersebut, 60 inovasi terbaik dari negara-negara ASEAN dan Timor Leste dipamerkan.
“Mereka membutuhkan investasi untuk berkembang. Oleh karena itu, kami berkomitmen menciptakan lebih banyak peluang agar inovator dapat bertemu dengan calon investor,” ujar Norimasa.
Baca Juga:
Menteri KP RI dan Dubes Inggris Perkuat Sinergi untuk Pengembangan Ekonomi Biru
Acara ini menjadi ajang bagi para inovator ekonomi biru untuk memamerkan gagasan mereka, mulai dari teknologi pemantauan laut berbasis kecerdasan buatan (AI) hingga metode budidaya rumput laut menggunakan tenaga surya.
Dalam upaya mendukung pengembangan inovasi, UNDP menggandeng berbagai mitra, termasuk Pemerintah Jepang yang telah mengalokasikan dana sebesar 3,8 juta dolar AS (sekitar Rp62 miliar) untuk inisiatif ini. Sekretariat ASEAN juga turut memberikan dukungan penuh dalam program ini.
Lebih lanjut, UNDP akan membentuk jaringan alumni dari ribuan inovator yang berpartisipasi dalam ASEAN Blue Innovation Challenge (ABIC). Tujuannya adalah menciptakan ekosistem berkelanjutan di mana inovator yang sudah berhasil dapat berbagi pengalaman dan membimbing generasi berikutnya.
“Inovator yang terpilih diharapkan dapat berbagi ilmu dengan generasi mendatang agar gagasan baru terus bermunculan,” tambah Norimasa.
Empat aspek utama yang menjadi fokus inovasi dalam program ini meliputi pariwisata berkelanjutan, perikanan, mitigasi perubahan iklim, dan pengurangan sampah plastik di laut. Dengan pendekatan ini, UNDP berharap dapat mempercepat transisi menuju ekonomi biru yang lebih inklusif dan berkelanjutan di kawasan Asia Tenggara.
- Penulis :
- Ahmad Ryansyah