Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Gelombang PHK Masih Menghantui, Menaker: Data Kami 50 Ribu Pekerja

Oleh Muhammad Rodhi
SHARE   :

Gelombang PHK Masih Menghantui, Menaker: Data Kami 50 Ribu Pekerja
Foto: Buruh dan karyawan mendengarkan pidato dari direksi perusahaan di Pabrik Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) di Sukoharjo, Jawa Tengah, Jumat (28/2/2025). (ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha)

Pantau - Pemutusan hubungan kerja (PHK) masih menjadi ancaman nyata bagi para pekerja di Indonesia. Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli mengungkapkan bahwa data PHK yang dimiliki Kemnaker mencapai 50 ribu pekerja. Meski data tersebut berasal dari tahun lalu, kondisi saat ini tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan yang signifikan.

Dalam konferensi pers di Kementerian Ketenagakerjaan, Jakarta, Rabu (5/3/2025), Yassierli mengaku tidak menutup mata terhadap kondisi ini. Meskipun ada sektor yang mengalami pertumbuhan, tidak sedikit perusahaan yang justru berada dalam fase kontraksi hingga harus mengambil langkah sulit untuk merumahkan pekerjanya.

"Walaupun saya tidak menutup mata memang ada beberapa perusahaan atau industri yang kemudian juga ada yang kemudian sedang fase kontraksi. Tapi ada yang tumbuh," tuturnya.

Baca juga: Menperin Sebut Manufaktur Tumbuh dan Menyerap Tenaga Kerja Baru Lebih Banyak Dari PHK

Di sisi lain, ia berusaha menyampaikan optimisme dengan menyoroti pertumbuhan industri manufaktur. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, sektor ini telah menyerap 1,08 juta tenaga kerja pada 2024. Namun, di balik angka tersebut, tetap ada pekerja yang kehilangan pekerjaan.

"Saya komunikasi dengan Menteri Perindustrian, malah kalau kita lihat terjadi pertumbuhan industri sebenarnya. (Sektor) manufaktur penyerapan tenaga kerja tahun lalu itu 1 juta lebih, kemudian dibandingkan dengan data PHK yang kami miliki yang sekitar 50 ribu. Jadi pesan positif ini menurut saya ini juga kita harus sampaikan," katanya.

Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa PHK masih menjadi momok bagi pekerja. Meskipun Menaker membantah adanya gelombang PHK massal, berbagai laporan dari pekerja menunjukkan hal sebaliknya. Salah satu contohnya adalah isu PHK di PT Mayora Indah Tbk.

"Memang ada beberapa perusahaan yang kalau kami baca di media juga dituliskan ada PHK ya. Setelah kita cek sebenarnya juga tidak semuanya. Contoh Mayora misalnya, kita sudah cek ternyata ya tidak seperti itu beritanya," ucapnya.

Sementara itu, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan bahwa meskipun ada penutupan beberapa pabrik dan PHK yang terjadi, pemerintah terus berupaya menciptakan lapangan kerja baru. Berdasarkan data dari Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas), sektor industri manufaktur telah menyerap lebih dari satu juta tenaga kerja baru pada 2024. Namun, jumlah pekerja yang kehilangan pekerjaan juga tetap tinggi.

"Bahwa memang benar ada penutupan beberapa pabrik dan pemutusan hubungan kerja (PHK), kami menyampaikan empati kepada perusahaan industri dan pekerja yang mengalami hal tersebut. Kemenperin terus berupaya meningkatkan investasi baru di sektor manufaktur, mendorong munculnya industri baru untuk mulai berproduksi sehingga menyerap tenaga kerja baru lebih banyak dan menjadi alternatif lapangan kerja bagi pekerja yang terdampak PHK," kata Agus.

Meski pemerintah menekankan adanya pertumbuhan industri, realitas di lapangan menunjukkan bahwa ancaman PHK masih menghantui ribuan pekerja di Indonesia. Ke depan, tantangan bagi pemerintah bukan hanya meningkatkan investasi, tetapi juga memastikan bahwa kesejahteraan pekerja tetap terjaga di tengah ketidakpastian ekonomi.

Penulis :
Muhammad Rodhi