
Pantau - Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Domas di Kecamatan Pontang, Kabupaten Serang, Banten, berhasil mengembangkan budi daya udang vaname dengan sistem bioflok di atas lahan tidur sebagai wujud kemandirian ekonomi desa.
Sekretaris Desa Domas, Suhaeri, menjelaskan bahwa program ini sepenuhnya dijalankan oleh BUMDes dengan modal yang berasal dari alokasi dana ketahanan pangan desa.
"Ini adalah wujud kemandirian desa. Dari dana ketahanan pangan, kita ciptakan usaha produktif, dan keuntungannya kembali lagi untuk pembangunan desa," ungkapnya.
Bioflok Jadi Solusi Hemat dan Efisien
Menurut Suhaeri, sistem bioflok dipilih karena menawarkan keunggulan dari sisi biaya dan efisiensi operasional.
"Kelebihannya, biaya operasional lebih ringan dan tidak mudah terkena hama. Proses buang air limbahnya juga lebih mudah, tidak seperti kolam konvensional yang harus selalu pakai mesin," jelasnya.
Program budi daya ini telah berjalan sejak tahun 2022 dan kini menjadi sumber pendapatan baru sekaligus model pemanfaatan aset desa yang sebelumnya tidak produktif.
Empat kolam bioflok berdiri di atas lahan tersebut dan menjadi tumpuan ekonomi baru warga.
Pengelola Udang Vaname Sistem Bioflok, Hendra (42), menyampaikan bahwa satu kolam dapat menampung sekitar 100 ribu ekor bibit udang.
"Dalam satu kolam bioflok, kami menebar sekitar 100 ribu ekor bibit udang. Jika semua berjalan lancar, satu kolam bisa menghasilkan hingga 1,2 ton atau 12 kuintal udang dalam sekali panen," ujarnya.
Siklus panen berlangsung antara 90 hingga 100 hari, namun bisa dilakukan panen parsial untuk menjaga pertumbuhan udang tetap optimal.
"Kalau terlalu padat, pertumbuhannya susah. Jadi kadang di usia dua bulan kami panen sebagian dulu," tambah Hendra.
Pasar Luas dan Risiko Rendah
Hendra menegaskan bahwa sistem bioflok memiliki tingkat keberhasilan tinggi dibanding metode lainnya.
"Risiko gagal panennya lebih rendah kalau pakai bioflok," tegasnya.
Bibit udang diperoleh dari para penangkar lokal di wilayah Anyer, Kabupaten Serang.
Udang hasil panen BUMDes Domas kini telah menjangkau pasar regional dengan pembeli utama berasal dari restoran-restoran di Tangerang, Bandung, hingga Jakarta.
"Untuk pembeli sudah banyak, mulai dari restoran-restoran di Tangerang, Bandung, hingga Jakarta, untuk harga Rp100 ribu per kilogramnya," kata Hendra.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf
- Editor :
- Ahmad Yusuf