
Pantau - Sekretaris Fraksi Partai Golkar DPR RI, Mukhtarudin, mengapresiasi capaian sektor migas nasional yang disampaikan Kementerian ESDM dalam konferensi pers Capaian Kinerja Semester I 2025, di mana produksi minyak stabil di kisaran 600 ribu barel per hari (BOPD) dan mencatat rekor 608,1 ribu BOPD pada Juni–Juli 2025.
Produksi Stabil dan Peluang Lampaui Target APBN
"Kinerja yang stabil di kisaran 600 ribu barel per hari, bahkan tembus 608 ribu pada Juni, adalah indikasi kuat bahwa kita berada di jalur yang tepat. Angka 608 ribu ini menjadi tolok ukur penting yang kalau bisa terus dipertahankan atau ditingkatkan, sangat mungkin mendorong rata-rata tahunan melampaui target APBN 605 ribu barel per hari," kata Mukhtarudin.
Tren positif ini disebut sebagai hasil strategi optimasi lapangan, pemeliharaan fasilitas tepat waktu, dan koordinasi antara pemerintah, SKK Migas, serta KKKS.
"Tantangan natural decline sumur-sumur tua tidak ringan, tetapi dengan tren kenaikan ini, peluang untuk menjaga lifting di atas target APBN 2025 sangat terbuka. Yang perlu kita pastikan sekarang adalah keberlanjutan," ujarnya.
Ia menekankan perlunya percepatan proyek hulu migas, pemanfaatan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR), serta optimalisasi program sumur rakyat yang mulai berproduksi Agustus dengan potensi tambahan 10–15 ribu BOPD.
Data Semester I 2025 dan Dukungan Kebijakan
Data Kementerian ESDM Januari–Juni 2025 mencatat lifting migas sebesar 1.754,5 ribu BOEPD atau 109% dari target APBN 1.610 ribu BOEPD, untuk pertama kalinya sejak 2008 melampaui target.
Lifting minyak rata-rata 602,4 ribu BOPD (99,5% target APBN), dengan rincian produksi bulanan: Januari 599,6 ribu BOPD, Februari 598,5 ribu BOPD, Maret 602,9 ribu BOPD, April 602,4 ribu BOPD, Mei 567,9 ribu BOPD akibat shutdown pemeliharaan, dan Juni 608,1 ribu BOPD, tertinggi sejak 2008.
Lifting gas mencapai 1.199,7 ribu BOEPD (119% target APBN 1.005 ribu BOEPD), dengan 69% untuk kebutuhan domestik dan 31% untuk ekspor sesuai kontrak.
Fraksi Golkar mendukung kebijakan fiskal dan regulasi pro-investasi, insentif bagi wilayah frontier dan deepwater, serta penyederhanaan perizinan.
"Tujuannya jelas memastikan ketahanan energi nasional tetap kokoh di tengah agenda transisi energi dan volatilitas pasar global," tegas Mukhtarudin.
- Penulis :
- Aditya Yohan