billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

BI Papua Barat Terapkan Digital Farming Lewat Program PETATAS, Tekan Inflasi dan Tingkatkan Produktivitas Petani

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

BI Papua Barat Terapkan Digital Farming Lewat Program PETATAS, Tekan Inflasi dan Tingkatkan Produktivitas Petani
Foto: (Sumber: Deputi BI Perwakilan Papua Barat Arif Rahadian. ANTARA/Ali Nur Ichsan)

Pantau - Bank Indonesia (BI) Perwakilan Papua Barat mengembangkan teknologi pertanian berbasis digital atau digital farming melalui program Pelatihan Usaha Tani Berkualitas (PETATAS), guna mendorong produktivitas petani sekaligus menjaga stabilitas harga pangan di wilayah tersebut.

Teknologi IoT dan AI Disuntikkan ke Sektor Pertanian

PETATAS merupakan inisiatif BI yang mengintegrasikan praktik pertanian yang baik (good agriculture practices) dengan teknologi tepat guna.

“Melalui Petatas, kami melatih petani menggunakan teknologi tepat guna, termasuk mekanisasi berbasis Internet of Things (IoT) untuk memantau cuaca, hingga kecerdasan buatan (AI) dalam pengelolaan lahan,” ungkap perwakilan BI Papua Barat.

BI bekerja sama dengan para peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam merancang model bisnis dan penerapan teknologi yang dapat direplikasi oleh petani di berbagai daerah, khususnya di Papua Barat.

Departemen Inklusi Keuangan dan Hijau BI pusat turut menyusun berbagai model bisnis yang mendukung implementasi pertanian digital secara luas.

“Salah satunya adalah digital farming, sehingga kita dorong penerapannya di Papua Barat melalui sejumlah proyek percontohan untuk mengukur efektivitas teknologi tersebut dalam meningkatkan hasil panen,” jelasnya.

Upaya Tekan Inflasi dan Kurangi Ketergantungan Pasokan Luar

Penerapan teknologi pertanian digital diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap pasokan pangan dari luar daerah, yang selama ini menyebabkan fluktuasi harga akibat curah hujan ekstrem dan biaya logistik tinggi.

Data BI mencatat inflasi month-to-month (mtm) Papua Barat pada Juli 2025 sebesar 1,2 persen, naik dari Juni yang tercatat 0,58 persen.

Kenaikan ini didorong oleh lonjakan harga komoditas hortikultura akibat curah hujan tinggi.

Sementara itu, inflasi tahunan (year-on-year) Papua Barat tercatat 0,43 persen, masih jauh di bawah target nasional sebesar 2,5 persen ± 1 persen.

“Angka ini rendah, tapi tetap perlu diwaspadai. Inflasi yang terlalu rendah berisiko menahan investasi dan melemahkan pertumbuhan ekonomi,” ujar BI.

Untuk menjaga kestabilan harga, BI menekankan pentingnya sinergi semua pihak dalam kerangka kerja Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).

BI juga mendorong masyarakat menjadi produsen pangan, bukan sekadar konsumen, sebagai strategi jangka panjang menuju kemandirian ekonomi dan ketahanan pangan daerah.

Penulis :
Ahmad Yusuf