Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Pakar UMY: Pidato Prabowo tentang Pemberdayaan Petani Tunjukkan Keberpihakan Nyata Pemerintah

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Pakar UMY: Pidato Prabowo tentang Pemberdayaan Petani Tunjukkan Keberpihakan Nyata Pemerintah
Foto: (Sumber: Pakar pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Innaka Ageng Rineksane.ANTARA/HO-UMY)

Pantau - Pakar pertanian dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Innaka Ageng Rineksane, menilai bahwa pidato Presiden Prabowo Subianto mengenai pemberdayaan petani mencerminkan keberpihakan nyata pemerintah terhadap sektor pertanian nasional.

Menurutnya, petani merupakan penyangga utama ketahanan pangan nasional dan harus menjadi prioritas dalam kebijakan pembangunan.

“Efek kebijakan semacam ini akan terasa tidak hanya pada tingkat produksi, tetapi juga pada kekuatan ketahanan pangan nasional. Peningkatan produksi pangan akan memperkokoh kemandirian, sehingga Indonesia tidak perlu terlalu bergantung pada impor,” ujar Innaka.

Perluasan Lahan Perlu Kajian Matang, Intensifikasi Jadi Strategi Jangka Panjang

Innaka mengapresiasi rencana Presiden untuk membuka jutaan hektare sawah baru, namun ia mengingatkan pentingnya kajian komprehensif dan uji kelayakan sebelum pembukaan lahan dilakukan.

“Pemerintah perlu memastikan uji kelayakan dilakukan terlebih dahulu. Jika hasilnya positif, program ini layak dilanjutkan. Namun, jangan sampai pembukaan lahan dilakukan tanpa pertimbangan matang, apalagi jika berdampak pada alih fungsi hutan yang memicu kerusakan lingkungan,” jelasnya.

Ia menyoroti bahwa lahan kurang subur cenderung menghasilkan produktivitas rendah dan membutuhkan input besar, sehingga berisiko menurunkan efisiensi serta keberlanjutan pertanian.

Innaka menekankan bahwa strategi kombinasi antara ekstensifikasi dan intensifikasi dapat mendongkrak produksi dalam jangka pendek.

Namun untuk jangka panjang, intensifikasi berbasis teknologi pertanian modern dinilai sebagai pilihan yang lebih rasional.

“Kita harus menyadari bahwa ketersediaan lahan memiliki batas. Artinya, penambahan luas tanam melalui ekstensifikasi tidak bisa terus dilakukan tanpa batas waktu. Karena itu perlu dilakukan juga peningkatan produktivitas lahan yang ada melalui inovasi teknologi,” tegasnya.

Akses, Harga, dan Regenerasi Petani Jadi Faktor Penentu

Untuk memperkuat dampak kebijakan, Innaka menyarankan pemerintah menjamin akses petani terhadap pupuk dan benih berkualitas dengan harga terjangkau, serta menyediakan jalur distribusi yang merata di seluruh wilayah.

Perlindungan harga hasil pertanian juga disebut sebagai hal krusial agar profesi petani tetap diminati.

“Kebijakan yang membatasi derasnya impor terutama untuk produk pertanian yang sebenarnya mampu dihasilkan di dalam negeri juga merupakan bentuk perlindungan yang wajib dilakukan. Impor, sebaiknya hanya menjadi opsi terakhir ketika kebutuhan benar-benar tidak bisa dipenuhi secara memadai oleh produksi lokal,” tambahnya.

Innaka juga menekankan pentingnya peran aktif penyuluh pertanian dan pencetakan petani milenial yang melek teknologi untuk mendukung regenerasi sektor pertanian.

“Regenerasi petani harus dilakukan melalui pendidikan yang lebih baik dan pelatihan berbasis teknologi. Upaya ini diharapkan dapat melahirkan generasi petani milenial yang tangguh, inovatif, dan berdaya saing tinggi. Dalam hal mencetak generasi muda yang menguasai teknik pertanian itu juga menjadi salah satu tugas dari setiap instansi pendidikan di Indonesia, baik itu dari sekolah dasar maupun jenjang pendidikan tinggi,” ujarnya.

Penulis :
Aditya Yohan
Editor :
Aditya Yohan