
Pantau - Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Said Abdullah, menegaskan bahwa persetujuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2026 dalam Sidang Paripurna DPR RI menjadi tonggak penting bagi pembangunan nasional yang berkeadilan.
Ia menyebut bahwa target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4% yang telah disepakati bersama pemerintah harus dijaga agar bersifat inklusif, tidak hanya mengejar angka, tetapi juga membawa manfaat nyata bagi seluruh lapisan masyarakat.
“Yang paling penting sesungguhnya, ketika pemerintah dengan Banggar DPR bersepakat pertumbuhan di 5,4%, bagi kami itu adalah fondasi penting untuk terus mengawal visi, mimpi, dan termasuk yang disampaikan oleh Menteri Keuangan. Ke depan bisa 6, 7, sampai 8%, namun Banggar selalu mengingatkan bahwa pertumbuhan itu harus inklusif,” tegas Said.
Tantangan ICOR Tinggi dan Prioritas Tata Kelola Sektor Strategis
Said mengungkapkan bahwa salah satu tantangan yang masih dihadapi Indonesia adalah tingginya nilai incremental capital output ratio (ICOR) yang saat ini berada di angka 6,2, lebih tinggi dari negara seperti Vietnam.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, ia menilai pentingnya pengelolaan alokasi APBN ke sektor-sektor strategis dengan tata kelola yang baik.
“Kalau itu dilakukan dengan tata kelola yang benar, maka peningkatan kualitas SDM kita akan luar biasa,” ujarnya.
Sektor-sektor yang dimaksud mencakup pendidikan, kesehatan, ketahanan pangan, serta program makanan bergizi gratis yang menjadi perhatian utama dalam struktur APBN 2026.
Pertumbuhan Ekonomi Harus Berdampak pada Rakyat
Said menekankan pentingnya hubungan erat antara pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan kapasitas dan martabat rakyat.
Ia menyebut bahwa pendidikan dan kesehatan menjadi kunci agar masyarakat dapat memiliki kebebasan yang bertanggung jawab untuk meningkatkan penghasilan dan kualitas hidup mereka.
“Kalau rakyat bisa melakukan sesuatu, menjadi sesuatu, dan mendapatkan kehormatan, itulah nilai tertinggi yang akan didapat masyarakat dalam konteks kita berbangsa dan bernegara, yang dibungkus oleh APBN kita untuk tahun 2026,” jelasnya.
Pernyataan tersebut merujuk pada pemikiran ekonom peraih Nobel, Amartya Sen, yang menekankan kebebasan sebagai fondasi utama dalam pembangunan manusia.
- Penulis :
- Aditya Yohan
- Editor :
- Tria Dianti