Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Analis: Rupiah Berpotensi Menguat Akibat Kekhawatiran Shutdown Pemerintah AS

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Analis: Rupiah Berpotensi Menguat Akibat Kekhawatiran Shutdown Pemerintah AS
Foto: (Sumber: Ilustrasi - Petugas menunjukan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Bank BSI, Jakarta. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja (ANTARA))

Pantau - Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, memprediksi kurs rupiah berpotensi menguat seiring meningkatnya kekhawatiran akan terjadinya shutdown pemerintah Amerika Serikat (AS).

Risiko Shutdown AS dan Dampaknya

Shutdown pemerintah terjadi ketika Kongres AS gagal menyepakati anggaran belanja, yang berujung pada terhentinya sebagian operasional pemerintahan.

"Rupiah diperkirakan akan menguat terhadap dolar AS yang tertekan oleh kekhawatiran 'shutdown' pemerintah AS," ujar Lukman.

Presiden AS Donald Trump dijadwalkan bertemu dengan para pemimpin Kongres dari Partai Republik dan Demokrat pada Senin, 29 September 2025, untuk membahas pendanaan pemerintah menjelang tenggat 30 September.

Pertemuan ini dihadiri oleh Ketua DPR AS Mike Johnson, Pemimpin Mayoritas Senat John Thune, Pemimpin Demokrat DPR AS Hakeem Jeffries, serta Pemimpin Minoritas Senat Chuck Schumer.

Trump meminta Partai Republik menyetujui perpanjangan pendanaan sementara guna mencegah shutdown, sambil menuduh Partai Demokrat mencoba memicu penutupan.

Jika tidak tercapai kesepakatan hingga 1 Oktober, AS akan memulai tahun fiskal baru tanpa anggaran, sehingga berbagai lembaga federal berisiko ditutup tanpa batas waktu.

Menurut Lukman, jika shutdown benar terjadi, kegiatan non-esensial pemerintahan AS akan berhenti, data-data ekonomi tidak dirilis, dan banyak pekerja pemerintah akan dirumahkan.

"Hal ini akan sangat mengganggu kegiatan ekonomi di AS dan memperuncing perseteruan antara Republik dan Demokrat. Semua ini menekan dolar AS," jelasnya.

Prediksi Kurs Rupiah dan Faktor Pembatas

Meski berpotensi menguat, Lukman memperingatkan bahwa penguatan rupiah akan terbatas karena investor masih bersikap wait and see terhadap data pekerjaan AS yang akan dirilis pekan ini.

Fokus pasar tertuju pada data Non-Farm Payrolls (NFP) yang diperkirakan menunjukkan penambahan 50 ribu pekerjaan, meski lebih rendah dari rata-rata normal di atas 100 ribu pekerjaan.

Berdasarkan kondisi tersebut, kurs rupiah diprediksi bergerak di kisaran Rp16.600 – Rp16.700 per dolar AS.

Pada pembukaan perdagangan Selasa, 30 September 2025, nilai tukar rupiah justru melemah tipis sebesar 3 poin atau 0,02 persen menjadi Rp16.683 per dolar AS, dari sebelumnya Rp16.680 per dolar AS.

Penulis :
Aditya Yohan