billboard mobile
FLOII Event 2025 - Paralax
ads
Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Pelemahan Rupiah Tertekan Eskalasi Perang Dagang AS-China, Analis Sebut Sentimen Pasar Memburuk

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Pelemahan Rupiah Tertekan Eskalasi Perang Dagang AS-China, Analis Sebut Sentimen Pasar Memburuk
Foto: (Sumber: Teller melayani jual beli mata uang Dolar AS di sebuah tempat penukaran uang, Jakarta. ANTARA FOTO/Subur Atmamihardja/wsj.)

Pantau - Nilai tukar rupiah dibuka melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin, 13 Oktober 2025, seiring meningkatnya kekhawatiran pasar atas eskalasi perang dagang antara AS dan China.

Sentimen Negatif Pasar Picu Tekanan pada Rupiah

Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, menyatakan bahwa pelemahan rupiah terjadi akibat meningkatnya kecemasan investor terhadap ketegangan hubungan dagang kedua negara ekonomi terbesar dunia tersebut.

“Dolar indeks sendiri turun cukup besar setelah Trump (Presiden AS Donald Trump) mengancam akan menambahkan tarif sebesar 100 persen kepada China, namun mata uang yang sensitif dengan tarif dan ekonomi China seperti rupiah dan mata uang EM (Emerging Market) lainnya berpotensi lebih tertekan,” ungkapnya.

Mengutip laporan Anadolu, Presiden AS Donald Trump berjanji akan menerapkan tarif baru sebesar 100 persen terhadap barang-barang asal China serta membatasi ekspor perangkat lunak penting dari AS ke China.

Langkah tersebut merupakan respons terhadap kebijakan China yang mengumumkan pembatasan ekspor mineral tanah jarang pada Kamis, 9 Oktober 2025.

Trump menargetkan penerapan tarif baru tersebut paling lambat 1 November 2025, namun tidak menutup kemungkinan percepatan implementasi tergantung langkah lanjutan dari pihak China.

Trump juga menyatakan bahwa saat ini “tidak ada alasan” untuk melanjutkan rencana pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT APEC di Korea Selatan akhir bulan Oktober.

Respons China dan Dampaknya ke Pasar Asia

Kementerian Perdagangan China menyebut kebijakan pembatasan ekspor tanah jarang bertujuan untuk melindungi keamanan dan kepentingan nasional.

Pembatasan tersebut mencakup teknologi pemrosesan dan manufaktur, larangan kerja sama dengan perusahaan asing tanpa izin, serta ruang lingkup yang meliputi penambangan, peleburan, pemisahan unsur tanah jarang, produksi material magnetik, hingga daur ulang sumber daya sekunder.

Lukman Leong menilai bahwa ketegangan dagang ini tidak hanya berdampak pada dolar AS, tetapi juga menekan mata uang regional Asia lainnya yang memiliki ketergantungan tinggi terhadap hubungan ekonomi dengan China.

“(Kebijakan tarif) menurut dia (Trump) demi kejayaan negara AS - MAGA (Make America Great Again). Namun, menurut saya kebijakannya justru setback (kemunduran),” ujarnya.

Pada pembukaan perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah tercatat melemah sebesar 20 poin atau 0,12 persen menjadi Rp16.590 per dolar AS, dibandingkan posisi sebelumnya Rp16.570 per dolar AS.

Penulis :
Ahmad Yusuf