billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Peneliti BRIN Usulkan Anak dan Remaja Dilibatkan dalam Program Gizi agar Lebih Berkelanjutan

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Peneliti BRIN Usulkan Anak dan Remaja Dilibatkan dalam Program Gizi agar Lebih Berkelanjutan
Foto: (Sumber: Ilustrasi - Petugas Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Slipi, Palmerah, Jakarta Barat tengah memorsi menu Makan Bergizi Gratis (MBG), Selasa (23/9/2025). ANTARA/Risky Syukur)

Pantau - Peneliti Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Rika Rachmalina, mengusulkan agar anak dan remaja beserta keluarga mereka dilibatkan dalam pelaksanaan program intervensi gizi berbasis pemberian makanan, guna meningkatkan keberlanjutan program tersebut.

Hal itu ia sampaikan dalam sebuah webinar tentang penguatan gizi bagi ibu dan anak yang diikuti dari Jakarta pada Selasa.

Pentingnya Keterlibatan Remaja dalam Program Gizi

“Kalau kita ingin program itu berkelanjutan, dan melihat anak dan remaja itu adalah orang-orang yang unik dengan segala kebutuhan dan preferensinya, memang akan sangat baik ketika kita merancang suatu program atau intervensi dengan melibatkan mereka,” ungkapnya.

Rika menjelaskan bahwa kebutuhan makanan bergizi pada anak dan remaja bersifat kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Faktor-faktor tersebut antara lain konsumsi gizi yang tidak seimbang, pergeseran pola makan dari real food ke ultra-processed food (UPF), serta meningkatnya kesenjangan sosial.

“Perubahan konteks ini berdampak pada pergeseran perilaku makan pada populasi usia sekolah dan remaja yang tentu saja ini akan mempengaruhi status gizi, kesehatan, dan kesejahteraannya nanti,” ia mengungkapkan.

Peran Keluarga dan Lingkungan dalam Pembentukan Pola Makan

Di era teknologi saat ini, menurut Rika, kebiasaan makan bersama teman di luar rumah dan penggunaan media sosial turut mempengaruhi preferensi makanan para remaja.

Ia menambahkan bahwa remaja kerap berbagi informasi mengenai tempat nongkrong yang dianggap keren dan menyediakan makanan enak yang juga meningkatkan status sosial mereka.

Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun banyak remaja memiliki keinginan untuk hidup sehat, motivasi tersebut belum cukup kuat untuk mendorong mereka memilih makanan yang benar-benar sehat.

“Mereka bisa membedakan makanan sehat dan tidak sehat, tetapi menolak makanan tradisional rumahan dan memilih camilan yang tidak sehat,” ujar Rika.

Sebagai solusi, ia menganjurkan penerapan pendekatan food parenting dari lingkungan keluarga.

Food parenting adalah proses di mana anak mulai menyukai makanan sehat setelah melihat orang tua atau lingkungan sekitarnya juga memilih makanan sehat.

Melalui pendekatan ini, menurut Rika, program intervensi gizi berbasis pemberian makanan pada anak dapat dilakukan secara lebih efektif dan berkelanjutan.

Penulis :
Ahmad Yusuf
Editor :
Tria Dianti