
Pantau - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada penutupan perdagangan Jumat, 24 Oktober 2025, tercatat melemah tipis sebesar 2,63 poin atau 0,03 persen ke posisi 8.271,72, seiring aksi ambil untung oleh pelaku pasar menjelang akhir pekan.
Aksi Profit Taking Bayangi Penguatan Mingguan IHSG
Sepanjang sesi pertama perdagangan, IHSG sempat menguat dan bertahan di zona hijau, namun berbalik melemah pada sesi kedua hingga penutupan.
Aksi profit taking menjadi penyebab utama pelemahan IHSG, meski secara mingguan indeks masih menunjukkan kecenderungan menguat, didorong oleh data ekonomi domestik yang positif.
Kepala Riset Phintraco Sekuritas, Ratna Lim, menyampaikan, "Ekspektasi akan penurunan suku bunga The Fed pada pekan depan menjadi faktor positif."
Indeks LQ45 tercatat stagnan di posisi 828,10.
Secara sektoral, berdasarkan Indeks IDX-IC, lima sektor mengalami penguatan.
Sektor properti mencatatkan kenaikan tertinggi sebesar 3,15 persen, diikuti sektor kesehatan 1,92 persen, dan sektor industri 1,56 persen.
Enam sektor lainnya mengalami pelemahan, dipimpin oleh sektor teknologi yang turun 2,28 persen.
Sektor barang baku dan barang konsumen non-primer juga mengalami penurunan masing-masing sebesar 1,08 persen dan 0,97 persen.
Saham-saham dengan penguatan tertinggi antara lain BRRC, SOHO, CSAP, SKRN, dan CBPE.
Sementara itu, saham yang mengalami pelemahan terbesar adalah DWGL, PURI, UANG, IDPR, dan PIPA.
Tercatat 295 saham menguat, 371 saham melemah, dan 143 saham stagnan.
Frekuensi perdagangan saham mencapai 2.367.563 kali transaksi dengan volume 28,84 miliar saham dan nilai transaksi sebesar Rp22,45 triliun.
Faktor Eksternal dan Domestik Pengaruhi Sentimen Pasar
Dari sisi domestik, sentimen positif datang dari kebijakan Bank Indonesia yang mempertahankan suku bunga acuan di level 4,75 persen pada pertemuan bulan Oktober 2025.
Selain itu, data ekonomi menunjukkan kredit perbankan tumbuh 7,70 persen year on year (yoy) pada September 2025.
Uang beredar dalam arti luas (M2) juga meningkat 8 persen yoy menjadi Rp9.771,3 triliun.
Pelaku pasar juga mencermati laporan keuangan kuartal III-2025 dari emiten BEI yang menunjukkan pertumbuhan kinerja.
Secara eksternal, perhatian pelaku pasar global tertuju pada pertemuan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang dijadwalkan berlangsung Rabu, 29 Oktober 2025.
Konsensus pasar memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 4 persen.
Selain itu, pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping yang akan digelar Kamis, 30 Oktober 2025, juga menjadi sorotan pasar.
Pertemuan tersebut diharapkan dapat meredakan ketegangan hubungan dagang antara dua negara ekonomi terbesar dunia tersebut.
Bursa saham regional Asia turut menunjukkan penguatan.
Indeks Nikkei menguat 675,89 poin atau 1,39 persen ke level 49.317,50.
Indeks Shanghai naik 27,90 poin atau 0,71 persen ke 3.950,31.
Indeks Hang Seng meningkat 192,17 poin atau 0,74 persen ke 26.160,15.
Indeks Straits Times tercatat naik 5,94 poin atau 0,13 persen ke posisi 4.422,21.
- Penulis :
- Leon Weldrick










