
Pantau - Nilai tukar rupiah masih bergerak terbatas akibat sikap investor yang menunggu hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang dijadwalkan diumumkan malam ini.
Kepala Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, menyatakan bahwa pergerakan rupiah saat ini juga dipengaruhi oleh minimnya sentimen kuat dari dalam maupun luar negeri.
"Kurangnya sentimen global dan domestik yang kuat juga berkontribusi terhadap terbatasnya pergerakan mata uang," ungkap Josua.
Investor global memusatkan perhatian pada arah kebijakan suku bunga The Fed, dengan ekspektasi adanya penurunan Fed Funds Rate (FFR) sebesar 25 basis poin (bps).
Data Ekonomi AS Perkuat Ekspektasi Penurunan Suku Bunga
Mengutip Anadolu, pelemahan pasar tenaga kerja AS dalam beberapa bulan terakhir turut memperkuat peluang pemangkasan suku bunga oleh The Fed hingga tahun 2026.
Beberapa indikator inflasi AS pada September 2025 menunjukkan angka yang lebih rendah dari perkiraan:
- Inflasi bulanan naik 0,3 persen, di bawah estimasi 0,4 persen
- Inflasi tahunan tercatat 3,7 persen, lebih rendah dari prediksi 4,1 persen
- Inflasi inti bulanan naik 0,2 persen, lebih rendah dari perkiraan 0,3 persen
- Inflasi inti tahunan turun ke level 3 persen, dibandingkan estimasi 3,1 persen
- Sementara itu, data ketenagakerjaan AS juga menunjukkan pelemahan:
- Tambahan lapangan kerja non-pertanian hanya 22.000 pada Agustus 2025
- Lapangan kerja sektor swasta menyusut 32.000 pada September 2025
- Tingkat pengangguran naik dari 4,2 persen menjadi 4,3 persen
Kondisi tersebut memperkuat ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter oleh The Fed, yang berpotensi berdampak pada penguatan nilai tukar rupiah dalam jangka menengah.
Rupiah Dibuka Melemah Tipis
Josua Pardede memproyeksikan bahwa nilai tukar rupiah pada hari ini akan bergerak di kisaran Rp16.550 hingga Rp16.650 per dolar AS.
Pada pembukaan perdagangan Rabu pagi, rupiah tercatat melemah 5 poin atau 0,03 persen ke level Rp16.613 per dolar AS, dibandingkan posisi sebelumnya Rp16.608.
- Penulis :
- Aditya Yohan










