Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Gerakan Nasional Cerdas Keuangan Capai 200 Juta Peserta, OJK Tegaskan Pentingnya Literasi untuk Cegah Penipuan

Oleh Leon Weldrick
SHARE   :

Gerakan Nasional Cerdas Keuangan Capai 200 Juta Peserta, OJK Tegaskan Pentingnya Literasi untuk Cegah Penipuan
Foto: Dokumentasi - Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi di Jakarta, Senin 16/6/2025 (sumber: OJK)

Pantau - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan bahwa hingga Oktober 2025, Gerakan Nasional Cerdas Keuangan telah menjangkau lebih dari 200 juta peserta melalui 42.121 program edukasi yang dilaksanakan di seluruh Indonesia.

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi, menyatakan bahwa gerakan ini bertujuan agar masyarakat mampu mengelola keuangan secara bijak, tangguh, dan berkelanjutan.

Friderica menegaskan pentingnya kerja sama antara seluruh pemangku kepentingan dalam mewujudkan tujuan literasi keuangan melalui "orkestrasi, sinergi, dan kolaborasi yang berkesinambungan," ungkapnya.

Program ini menyasar seluruh lapisan masyarakat, termasuk generasi muda yang tengah merencanakan masa depan finansialnya.

Gerakan Nasional Cerdas Keuangan pertama kali diluncurkan pada Agustus 2024 sebagai upaya sistematis untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di Indonesia.

Friderica menyatakan bahwa generasi muda perlu merencanakan keuangan secara terarah dan terkendali, bukan melalui metode coba-coba atau trial and error.

Tingginya Laporan Penipuan Jadi Tantangan Literasi Keuangan

Friderica mengungkapkan bahwa tantangan terbesar dalam meningkatkan literasi keuangan adalah banyaknya masyarakat yang masih menjadi korban penipuan atau scam.

Data dari Indonesia Anti-Scam Center menunjukkan bahwa hingga November 2025, total kerugian masyarakat akibat penipuan mencapai Rp7,3 triliun, dengan jumlah laporan lebih dari 323 ribu kasus.

Indonesia menerima 800 hingga 1.000 laporan penipuan setiap harinya, jauh lebih tinggi dibanding negara lain yang hanya mencatat 150 hingga 200 laporan per hari.

Modus penipuan terbanyak adalah transaksi belanja palsu dengan lebih dari 58 ribu laporan, disusul oleh telepon palsu dan penipuan investasi.

Beberapa pelaku juga menyamar sebagai teman atau kerabat korban, bahkan berpura-pura mengalami kecelakaan untuk menimbulkan kepanikan demi mendapatkan uang.

Friderica menyatakan bahwa literasi keuangan masih merupakan "pekerjaan rumah besar bagi OJK," ujarnya.

Ia menekankan pentingnya kewaspadaan dan kemampuan masyarakat untuk melindungi diri dari penipuan serta investasi ilegal.

Pada Mei 2025, indeks literasi keuangan Indonesia tercatat sebesar 66,46 persen, sementara indeks inklusi keuangan mencapai 80,51 persen.

Kedua angka tersebut mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2024, yaitu indeks literasi sebesar 65,43 persen dan inklusi sebesar 75,02 persen.

Penulis :
Leon Weldrick