
Pantau.com - Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) menyatakan pendapatan negara berupa cukai dari bisnis vape yang mencapai sekitar Rp700 miliar terancam hilang jika pemerintah salah mengambil kebijakan mengenai rokok elektrik itu.
"Kalau vape dilarang, yang saya khawatirkan itu akan memunculkan 'black market' (pasar gelap). Itu tentu membuat penerimaan negara terganggu juga," kata Ketua Divisi Produksi APVI, Eko HC, beberapa waktu lalu.
Baca juga: Pemerintah Punya Utang ke Bulog Rp39 Miliar
Ia menjelaskan bahwa sejak pemerintah mengenakan aturan fiskal berupa cukai sebesar 57 persen terhadap vape pada Oktober 2018, berdasarkan laporan Ditjen Bea dan Cukai jumlah penerimaan negara dari cukai vape mencapai sekitar Rp700 miliar.
Pelaku usaha vape yang tergabung di APVI mencapai 103 mulai dari produsen hingga distributor, sedangkan rantai perdagangan sampai ke tingkat ritel jumlahnya mencapai 3.000 pelaku usaha. Sementara itu, pengguna vape di Indonesia tercatat sekitar 1,2 juta orang.
"Industri ini sangat memiliki potensi pertumbuhan yang besar," katanya.
Ia mengatakan, pihaknya sudah melakukan riset yang hasilnya menunjukkan industri vape akan memberi dampak positif kepada petani tembakau dari penggunaan sisa tembakau yang tidak bisa digunakan industri rokok dan disebut 'waste'.
Menurut dia, jumlah 'waste' sangat banyak dan ini bisa diserap oleh industri vape untuk bahan nikotin cair yang bisa dijadikan cairan (liquid) vape.
"Kita bisa serap tembakau yang tidak dipakai perusahaan rokok sebanyak 2.592 ton tiap tahunnya. Ini kita membicarakan angka existing (yang ada) berdasarkan hasil yang kita lakukan selama 2018 hingga 2019," kata Eko.
Baca juga: KKP Pastikan Aturan Perdagangan Koral Keluar Desember 2019
Ia berharap pemerintah bisa membuat regulasi yang mendukung pertumbuhan, bahkan untuk mengekspansinya ke pasar internasional. Sebabnya, saat ini penikmat vape luar negeri menyukai 'liquid' lokal buatan Indonesia. Jumlah pengguna vape kini mencapai 5,5 juta orang di dunia.
"Kita asumsikan pada lima tahun, atau bahkan satu tahun ke depan kita bisa ekspor 10 persen saja, itu bisa jadi pertumbuhan luar biasa untuk Indonesia," ujarnya.
rn- Penulis :
- Gilang