
Pantau.com - Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan pertumbuhan di Asia nol persen pada 2020. Akibat pandemi COVID-19, ini merupakan pertumbuhan terendah sejak 1960-an.
"Ini adalah krisis yang tidak ada duanya. Ini lebih buruk daripada Krisis Finansial Global, dan Asia tidak kebal," kata Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF Chang Yong Rhee, dilansir dari Xinhua, Jumat (17/4/2020).
Rhee menuturkan prospek pertumbuhan wilayah untuk 2020 adalah yang terburuk dalam hampir 60 tahun, termasuk selama krisis keuangan global (4,7 persen) dan krisis keuangan Asia (1,3 persen). "Asia masih terlihat lebih baik daripada daerah lain dalam hal aktivitas ekonomi," katanya.
Baca juga: Begini Komentar IMF Terkait Rupiah Menguat Rp15.880 per Dolar
Sebelumnya, menurut laporan World Economic Outlook (WEO) IMF, ekonomi global berada di jalur untuk berkontraksi tajam sebesar tiga persen pada 2020.
Laporan WEO terbaru menunjukkan bahwa ekonomi negara maju akan berkontraksi secara signifikan sebesar 6,1 persen pada 2020. Sementara pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang, yang biasanya memiliki tingkat pertumbuhan jauh di atas ekonomi maju, akan menyusut sebesar satu persen.
Meskipun secara keseluruhan pertumbuhan negatif, IMF memproyeksikan pertumbuhan satu persen untuk negara berkembang dan Asia. Tiongkok dan India akan melihat pertumbuhan moderat tahun ini, dengan tingkat 1,2 persen dan 1,9 persen.
Baca juga: Atasi Virus Korona, IMF: Perlu Ada Kerja Sama Internasional
"Prospek untuk 2021, sementara sangat tidak pasti, adalah untuk pertumbuhan yang kuat. Jika tindakan penahanan berhasil, dan dengan stimulus kebijakan yang substansial, pertumbuhan di Asia diperkirakan akan meningkat pesat, lebih daripada selama krisis keuangan global," kata Rhee kepada wartawan.
Rhee mencatat wilayah tersebut mengalami berbagai tahap pandemi. "Ekonomi Tiongkok mulai kembali bekerja, ekonomi lain memaksakan penguncian yang lebih ketat, dan beberapa mengalami infeksi virus gelombang kedua," kata Rhee.
Pejabat IMF mencatat bahwa pemberi pinjaman multilateral terus melakukan kontak dengan pihak berwenang di wilayah tersebut untuk menawarkan saran dan bantuan, dengan mengatakan bahwa lebih dari 15 negara dari seluruh wilayah telah menyatakan minatnya pada dua instrumen pembiayaan daruratnya.
- Penulis :
- Tatang Adhiwidharta