
Pantau.com - Bank Indonesia menyatakan defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan I-2020 sebesar USD3,9 miliar atau 1,4 persen dari PDB, jauh lebih rendah dari triwulan IV-2019 sebesar USD8,1 miliar atau 2,8 persen terhadap PDB.
"Defisit transaksi berjalan triwulan I-2020 menurun karena dipengaruhi oleh penurunan impor sejalan dengan perlambatan ekonomi domestik," kata Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko dalam pernyataan di Jakarta, Rabu (20/5/2020).
Onny mengatakan penurunan impor itu telah mengurangi dampak penurunan ekspor karena adanya kontraksi pertumbuhan ekonomi dunia sehingga menyebabkan terjadinya surplus neraca perdagangan.
Baca juga: BPS: Neraca Perdagangan April 2020 Defisit USD0,35 Miliar
Ia menambahkan defisit juga dipengaruhi oleh penurunan defisit neraca jasa terutama dari jasa transportasi yang sejalan dengan penurunan impor barang serta penurunan surplus jasa travel akibat berkurangnya kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia.
"Selain itu, neraca pendapatan primer juga ikut mempengaruhi penurunan defisit neraca transaksi berjalan seiring dengan aktivitas ekonomi domestik," kata Onny.
Dalam kesempatan ini, Onny menjelaskan transaksi modal dan finansial pada triwulan I-2020 juga tercatat menurun signifikan karena tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global.
Baca juga: Pemerintah Patok Defisit Fiskal RAPBN 2021 Berkisar 3,21-4,17 Persen
Transaksi modal dan finansial mengalami defisit sebesar USD2,9 miliar, terutama dipengaruhi oleh defisit investasi portofolio, setelah pada triwulan sebelumnya mengalami surplus sebesar USD12,6 miliar.
"Defisit investasi portofolio ini dipicu besarnya aliran modal keluar akibat kepanikan pasar keuangan global terhadap pandemi COVID-19," katanya.
Dengan kondisi ini, BI memproyeksikan defisit neraca transaksi berjalan pada akhir 2020 menjadi di bawah 2,0 persen terhadap PDB atau turun dari proyeksi sebelumnya 2,5 persen-3,0 persen terhadap PDB.
- Penulis :
- Tatang Adhiwidharta