
Pantau - Di bulan Ramadan, umat Muslim di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Namun, bagaimana jika kamu tinggal di tempat di mana matahari tidak terbenam sama sekali? Fenomena ini dialami oleh umat Muslim di Murmansk, Rusia, yang hanya berpuasa selama satu jam.
Mengapa Durasi Puasa Hanya 1 Jam?
Murmansk terletak di dekat Kutub Utara dan mengalami fenomena yang dikenal sebagai polar night atau malam kutub. Selama periode ini, yang biasanya terjadi antara akhir November hingga pertengahan Januari, matahari tidak terbit sama sekali, sehingga menyebabkan durasi siang hari menjadi sangat singkat. Sebaliknya, saat musim panas, Murmansk mengalami fenomena midnight sun, di mana matahari bersinar hampir sepanjang waktu.
Pada bulan Ramadan tahun 2025, umat Muslim di Murmansk hanya berpuasa sekitar satu jam. Sebagai contoh, waktu sahur mungkin dilakukan sekitar pukul 12:00 siang, dan hanya satu jam kemudian, waktu berbuka puasa sudah tiba. Dalam video yang dibagikan oleh Lalu Satria Malaca, seorang pemandu wisata asal Indonesia yang tinggal di Murmansk, ia menunjukkan bahwa waktu salat Subuh dan Maghrib hampir bersamaan.
Lalu Satria Malaca berbagi pengalamannya dalam berpuasa selama satu jam di Murmansk. Dalam video tersebut, ia menjelaskan bahwa ia baru saja melakukan sahur sekitar pukul 12:00 waktu setempat dan langsung berbuka puasa setelah satu jam. "Hari ini saya lagi berpuasa, tapi bukan mau pamer puasanya ya. Saya mau pamer saya puasa cuma satu jam-an saja," ungkapnya.
Fenomena ini menarik perhatian banyak orang karena sangat berbeda dengan pengalaman puasa di negara lain. Di Indonesia, misalnya, durasi puasa rata-rata berkisar antara 13 hingga 14 jam. Di Murmansk, situasi menjadi semakin unik karena selisih waktu antara salat Zuhur dan Asar hanya sekitar 10 menit saja.
Baca juga: Puasa Ramadan dan Kesehatan Mental, Bagaimana Pengaruhnya?
Kehidupan Sehari-hari Umat Muslim di Murmansk
Umat Muslim di Murmansk merupakan komunitas kecil yang memiliki kebiasaan unik dalam menjalankan ibadah mereka. Meskipun tantangan cuaca ekstrem dan durasi puasa yang sangat singkat atau panjang menjadi hambatan tersendiri, mereka tetap melaksanakan ibadah dengan penuh semangat.
Selama bulan Ramadan, kegiatan sosial seperti buka puasa bersama tetap dilakukan meskipun hanya dalam waktu singkat. Komunitas ini juga aktif dalam berbagi informasi dan pengalaman melalui media sosial untuk saling mendukung selama bulan suci.
Fatwa dan Solusi dari Ulama
Para ulama telah memberikan panduan bagi umat Islam yang tinggal di wilayah dengan kondisi ekstrem seperti Murmansk. Beberapa solusi yang ditawarkan antara lain:
- Mengikuti Waktu Negara Terdekat: Jika kondisi siang hari sangat ekstrem, umat Muslim dapat mengikuti waktu puasa dari negara terdekat yang memiliki kondisi siang malam normal.
- Mengikuti Waktu Makkah atau Madinah: Beberapa ulama menyarankan untuk mengikuti waktu Makkah atau Madinah sebagai acuan untuk memulai dan mengakhiri puasa.
- Menentukan Waktu Berdasarkan Keterjangkauan: Dalam beberapa kasus, jika tidak ada cara lain untuk menentukan waktu berbuka puasa dan sahur dengan akurat, umat Muslim dapat menggunakan estimasi berdasarkan waktu setempat yang paling mendekati.
- Qadha Puasa: Bagi mereka yang tidak mampu berpuasa karena durasi siang yang terlalu panjang atau pendek, mereka diperbolehkan untuk mengqadha (mengganti) puasa pada hari-hari lain ketika kondisi lebih memungkinkan.
Fenomena unik umat Muslim di Murmansk yang hanya berpuasa selama satu jam adalah contoh nyata bagaimana kondisi geografis dapat memengaruhi praktik ibadah. Dengan adanya fatwa dan solusi dari ulama serta semangat komunitas yang kuat, umat Muslim di wilayah ekstrem ini tetap dapat menjalankan ibadah puasa dengan baik meskipun dalam kondisi yang tidak biasa.
Pengalaman ini menunjukkan betapa fleksibelnya ajaran Islam dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan. Bagi umat Muslim di seluruh dunia, Ramadan adalah waktu untuk memperkuat iman dan kebersamaan meskipun dalam konteks yang berbeda-beda.
- Penulis :
- Pranayla Mauli Fathiha