billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Geopolitik

UNRWA Siap Angkat Kaki dari Yerusalem Timur Buntut Larangan Israel

Oleh Khalied Malvino
SHARE   :

UNRWA Siap Angkat Kaki dari Yerusalem Timur Buntut Larangan Israel
Foto: Pria Yahudi melewati pintu masuk kantor cabang UNRWA di Yerusalem pada 29 Oktober 2024. (Getty Images)

Pantau - Puluhan ribu pengungsi Palestina di Yerusalem Timur yang diduduki Israel terancam kehilangan akses pendidikan, kesehatan, dan layanan penting lainnya.

Baca juga: UNRWA: Serangan Israel Usir 1,9 Juta Warga Gaza

Hal ini terjadi seiring dengan larangan Israel terhadap Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA), yang mulai berlaku pada Kamis (30/1/2025).

Pemerintah Israel memerintahkan UNRWA untuk mengosongkan kompleksnya di Yerusalem Timur dan menghentikan operasinya.

Perintah ini berdasarkan Undang-Undang (UU) yang disahkan pada 2024 yang melarang keberadaan UNRWA dan melarang otoritas Israel untuk berhubungan dengannya.

Di kantor UNRWA di lingkungan Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur, para pekerja tampak mengemasi kotak dan memuat bangunan portabel ke atas truk pada Senin (27/1/2025).

"Ini adalah keputusan yang tidak dapat diterima," ungkap juru bicara UNRWA, Jonathan Fowler.

"Orang-orang yang kami layani... kami tidak dapat memberi tahu mereka apa yang akan terjadi pada layanan kami mulai akhir pekan ini," sambungnya.

Israel belum mengumumkan ketentuan untuk menggantikan kegiatan UNRWA. Kantor Perdana Menteri (PM) Israel juga belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar.

Selama beberapa dekade, UNRWA telah mengelola sekolah dan klinik di Yerusalem Timur, bagian timur kota yang diduduki Israel sejak perang 1967. Layanan ini diperuntukkan bagi puluhan ribu pengungsi Palestina yang tak berkewarganegaraan.

"Kami memiliki segalanya di sini. Ketika saya mendengar bahwa tempat ini akan ditutup, saya sangat sedih karena di sinilah tempat bagi orang-orang yang membutuhkan dan bagi orang-orang yang tidak punya uang untuk membayar obat," ujar pengungsi Sara Saeed di pusat medis UNRWA di Kota Tua Yerusalem.

Direktur pusat medis, Hamza Al Jibrini, mengatakan fasilitas tersebut melayani 30 ribu pengungsi. Di antaranya adalah pasien diabetes dan tekanan darah tinggi, ibu hamil, dan anak-anak yang menerima vaksinasi, kata kepala perawat Manal Al-Khayat.

"Ke mana mereka akan pergi?" tanyanya.

Baca juga: UNRWA: Israel Langgar Semua Aturan Perang di Jalur Gaza!

Larangan Israel hanya berlaku langsung di wilayah Israel, yang mana Israel menganggap Yerusalem Timur sebagai bagian dari wilayahnya.

UNRWA juga beroperasi di Tepi Barat yang diduduki dan Gaza, namun belum jelas bagaimana undang-undang ini akan memengaruhi pekerjaan UNRWA di sana.

Klaim Bias Israel

UNRWA didirikan sekitar 75 tahun lalu, melayani sekitar 750 ribuan pengungsi Palestina dari perang 1948 pada saat pembentukan negara Israel.

Markas besarnya terletak di lokasi strategis tidak jauh dari Kota Tua Yerusalem, yang merupakan rumah bagi situs-situs suci bagi umat Kristen, Yahudi, dan Muslim.

UNRWA telah lama menjadi duri dalam daging bagi pemerintah Israel, yang menganggap badan tersebut pada dasarnya memusuhi Israel.

Israel mengatakan keberadaan UNRWA yang berkelanjutan beberapa dekade setelah perang 1948 telah memperkuat status pengungsi generasi Palestina, yang kini berjumlah jutaan, dan telah membekukan konflik di tempatnya.

Israel secara teratur menuduh UNRWA bias anti-Israel dan juga mengklaim stafnya termasuk anggota Hamas, yang melancarkan serangan lintas batas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023.

Israel menyerukan agar tanggung jawab UNRWA diambil alih oleh badan-badan PBB lainnya, seperti badan pengungsi utamanya.

PBB menolak tuduhan bias dan mengatakan bahwa keahlian UNRWA tak tergantikan, terutama di Gaza. Investigasi PBB menemukan bahwa sembilan staf UNRWA mungkin terlibat dalam serangan Hamas.

Badan tersebut telah memecat mereka, tetapi mengatakan Israel belum memberikan bukti keterlibatan yang lebih luas oleh stafnya. UNRWA mempekerjakan sekitar 30.000 orang di wilayah tersebut dan sekitar 13.000 di Jalur Gaza.

Lebih dari 200 staf UNRWA telah terbunuh di Gaza sejak perang Gaza dimulai, kata badan tersebut. Sekitar 1.200 warga Israel dan warga negara asing tewas dalam serangan 7 Oktober 2023, dan 250 lainnya disandera ke Gaza, kata Israel.

Lebih dari 47.000 warga Palestina telah tewas di Gaza sejak militer Israel melancarkan serangan balasan, menurut kementerian kesehatan Gaza.

Sumber: REUTERS

Penulis :
Khalied Malvino
Editor :
Khalied Malvino