
Pantau - Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, melakukan kunjungan diplomatik ke Beijing dan bertemu dengan pejabat tinggi Tiongkok pada Selasa, 21 Mei 2025.
Dalam pertemuan tersebut, Luhut membahas dampak perang tarif antara Amerika Serikat dan China, yang dinilainya berpengaruh besar terhadap stabilitas rantai pasok global dan ekonomi negara-negara berkembang.
Luhut menyampaikan bahwa Indonesia tidak memihak dan menjalin hubungan baik dengan kedua negara besar tersebut.
"Saya juga bicara tadi mengenai perundingan tarif itu. Kita sharing informasi lah, tapi buat Indonesia 'kan semua kawan, ya. Kita berteman sangat baik dengan Amerika, berteman baik juga sangat baik dengan China", ujar Luhut.
Kesepakatan terbaru antara China dan AS pada 11 Mei 2025, yang memangkas tarif impor secara drastis, turut menjadi sorotan dalam diskusi tersebut.
Amerika Serikat memangkas tarif terhadap produk China dari 245 persen menjadi 10 persen, sementara China menurunkan pajak impor terhadap barang-barang asal AS dari 125 persen menjadi 10 persen.
Indonesia Ingin Jadi Jembatan Ekonomi Global
Luhut menyatakan bahwa Indonesia berupaya menjadi pihak yang menjembatani kepentingan kedua negara adidaya tersebut.
"Buat Indonesia yang penting saling menguntungkan, dan kalau bisa kita menjadi teman untuk keduanya sehingga bisa menjembatani perbedaan itu", katanya.
Saat bertemu dengan Zhang Maoyu, Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Permusyawaratan Politik Rakyat China (CPPCC), Luhut juga menyampaikan kekhawatiran terhadap kebijakan tarif AS yang dianggap mengganggu rantai pasok global.
"Karena tindakan itu mengganggu rantai pasok dunia. China dan Indonesia harus sama-sama cari solusi. Indonesia sudah berunding, tapi banyak yang belum disepakati. Saya terus ingatkan (bahwa) dalam berunding posisinya sejajar. Jadi, bukan hanya Indonesia yang seolah butuh AS", tegas Luhut.
Sebelumnya, pada April 2025, tim negosiator Indonesia yang dipimpin Airlangga Hartarto telah menyepakati kerangka waktu 60 hari dengan pihak AS untuk menyelesaikan isu tarif timbal balik.
Dalam proses negosiasi tersebut, Indonesia mengusulkan penambahan impor energi dari AS serta rencana peningkatan impor gandum dan produk hortikultura lainnya.
Indonesia juga mengajukan kerja sama strategis dengan AS dalam pengelolaan dan hilirisasi mineral penting, serta menawarkan fasilitas investasi untuk perusahaan-perusahaan asal AS.
- Penulis :
- Leon Weldrick










