Pantau Flash
HOME  ⁄  Geopolitik

Bentrokan Faksi Druze dan Suku Badui Pecah di Suwayda, Ketegangan Memuncak Pasca Mundurnya Pasukan Suriah

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Bentrokan Faksi Druze dan Suku Badui Pecah di Suwayda, Ketegangan Memuncak Pasca Mundurnya Pasukan Suriah
Foto: (Sumber: Otoritas pertahanan Suriah pada Selasa mengumumkan gencatan senjata penuh di provinsi selatan Sweida setelah bentrokan mematikan selama berhari-hari antara faksi bersenjata Druze setempat, suku Badui, dan pasukan pemerintah sementara, menurut kepala otoritas pertahanan Murhaf Abu Qasra. ANTARA/Xinhua.)

Pantau - Bentrokan bersenjata pecah antara kelompok Druze dan pasukan suku Badui di dekat pintu masuk barat Kota Suwayda, Suriah selatan, pada Jumat (18/7/2025), menyusul penarikan pasukan pemerintah Suriah dari wilayah tersebut dua hari sebelumnya.

Pertempuran meningkat setelah kelompok bersenjata Druze yang berafiliasi dengan Hikmat al-Hajri mengusir keluarga suku Badui dari area sekitar, memicu aksi balasan dari pihak lawan.

Menurut laporan koresponden Anadolu, kelompok Druze kemudian mundur ke pusat kota dan membentuk garis pertahanan, sementara bentrokan kecil masih berlangsung di front barat Suwayda.

Ketegangan Meningkat Usai Mundurnya Pemerintah dan Serangan Israel

Penarikan pasukan pemerintah Suriah pada Rabu (16/7/2025) terjadi dalam konteks kesepakatan lokal untuk menenangkan situasi, namun justru memunculkan kekosongan kekuasaan yang segera diisi oleh faksi-faksi bersenjata lokal.

Pemerintah Suriah tidak terlibat langsung dalam bentrokan terbaru, namun pasukan pemerintahan transisi tetap menguasai jalan-jalan utama menuju ibu kota provinsi.

Ketegangan semakin meningkat setelah pasukan Israel pada hari yang sama melancarkan serangan udara ke lebih dari 160 sasaran di wilayah Suwayda, Daraa, Damaskus, dan pedesaan Damaskus.

Serangan tersebut menewaskan tiga orang dan melukai 34 lainnya di ibu kota Suriah.

Konflik Berkepanjangan dan Campur Tangan Asing

Bentrok antara faksi Druze dan suku Badui sebelumnya telah terjadi pada 13 Juni 2025, memperlihatkan meningkatnya kekerasan sektarian di wilayah selatan Suriah pasca lengsernya Presiden Bashar Assad.

Pejuang Druze juga sempat melancarkan serangan terhadap pasukan keamanan Suriah, menewaskan puluhan tentara dan memicu reaksi dari berbagai pihak.

Gencatan senjata sempat dicapai antara faksi Druze lokal dan pasukan pemerintah, namun kembali runtuh dalam waktu singkat.

Israel kemudian meluncurkan serangan udara tambahan dengan dalih untuk “melindungi komunitas Druze”, meskipun sebagian besar pemimpin Druze di Suriah menolak campur tangan asing dan menyatakan tetap berkomitmen pada kesatuan negara Suriah.

Dampak Politik Pasca-Lengsernya Bashar Assad

Setelah Presiden Bashar Assad melarikan diri ke Rusia pada Desember 2024, berakhir sudah kepemimpinan 25 tahun rezim Partai Baath yang menguasai Suriah sejak 1963.

Pemerintahan transisi dibentuk pada Januari 2025 dengan Ahmad al-Sharaa sebagai Presiden, namun stabilitas belum sepenuhnya pulih.

Israel menyatakan bahwa zona penyangga berdasarkan Perjanjian Pelepasan 1974 kini tidak berlaku lagi, dan sejak saat itu intensitas serangan udara ke wilayah Suriah terus meningkat.

Penulis :
Ahmad Yusuf