
Pantau - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, menyatakan bahwa perempuan di seluruh dunia menghadapi tren mengkhawatirkan berupa kekerasan, konflik, dan pengucilan sosial.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam sidang Dewan Keamanan PBB pada debat tahunan bertema Perempuan, Perdamaian, dan Keamanan pada Senin, 6 Oktober 2025.
“Tahun lalu, sebanyak 676 juta perempuan tinggal dalam radius 50 kilometer dari lokasi konflik mematikan — angka tertinggi dalam beberapa dekade,” ungkap Guterres.
Kekerasan Seksual dan Penghapusan Sistematis terhadap Perempuan Meningkat
Guterres juga menyoroti peningkatan tajam dalam kekerasan seksual terhadap anak perempuan.
Jumlah kasus terdokumentasi naik hingga 35 persen, dan di beberapa wilayah, anak perempuan mencakup hampir separuh dari seluruh korban.
Ia menyatakan bahwa kemajuan dalam partisipasi perempuan di bidang perdamaian dan keamanan masih sangat rapuh dan bahkan menunjukkan tanda-tanda kemunduran.
Guterres menyoroti Afghanistan sebagai contoh nyata.
“Di Afghanistan, penghapusan sistematis terhadap perempuan dan anak perempuan dari kehidupan publik berlangsung sangat cepat, dengan pembatasan yang mengerikan dalam akses pendidikan, pekerjaan, layanan kesehatan, dan keadilan, serta meningkatnya kekerasan seksual dan angka kematian ibu,” ia menegaskan.
Selain Afghanistan, ia juga menyoroti kondisi mengkhawatirkan bagi perempuan dan anak perempuan di wilayah Palestina yang diduduki, Sudan, Haiti, Myanmar, dan beberapa negara lain.
Menurutnya, organisasi-organisasi perempuan yang membantu para korban justru kekurangan sumber daya untuk menjalankan tugas mereka.
PBB Serukan Aksi Nyata dan Komitmen Konkret dari Negara-Negara Anggota
Guterres menyerukan kepada seluruh negara anggota untuk mempercepat pelaksanaan komitmen mereka di bawah agenda Perempuan, Perdamaian, dan Keamanan yang telah tercantum dalam Pact for the Future.
“Sekarang saatnya bagi negara-negara anggota untuk mempercepat komitmen mereka terkait perempuan, perdamaian, dan keamanan,” tegasnya.
Ia menguraikan langkah-langkah konkret yang harus diambil untuk memperkuat peran perempuan dalam proses perdamaian, yaitu:
- Memprioritaskan pendanaan
- Meningkatkan partisipasi
- Mewujudkan akuntabilitas
- Memberikan perlindungan
Menerapkan komitmen dalam hukum, kebijakan, perencanaan, anggaran, dan program nasional
Menurut Guterres, agenda Perempuan, Perdamaian, dan Keamanan harus mampu menghasilkan perubahan yang terukur, bukan sekadar janji.
Ia menyimpulkan dengan menegaskan pentingnya keterlibatan perempuan dalam proses perdamaian dunia.
“Lebih banyak perempuan harus terlibat dalam perundingan damai, reformasi keamanan, dan rencana pemulihan. Resolusi 1325 sudah jelas: perempuan adalah pemimpin perdamaian bagi semua. Dunia tidak memerlukan lebih banyak pengingat akan kebenaran itu, tetapi hasil nyata yang mencerminkannya,” ujarnya.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf
- Editor :
- Tria Dianti