
Pantau - Pemerintah China menyatakan akan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN yang akan berlangsung pada 26–28 Oktober 2025 di Malaysia, namun belum mengonfirmasi siapa perwakilan yang akan dikirim.
China Tegaskan Komitmen terhadap ASEAN
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, mengatakan bahwa negaranya memprioritaskan hubungan dengan ASEAN dan mendukung penuh kepemimpinan Malaysia dalam organisasi tersebut.
"China sangat mementingkan hubungannya dengan ASEAN dan kerja sama dengan negara-negara Asia Timur serta mendukung kepemimpinan bergilir Malaysia di ASEAN, tapi terkait kehadiran (wakil) China di pertemuan-pertemuan tersebut, kami akan merilis informasi pada waktunya," ungkapnya.
Hingga saat ini, pihak China belum memberikan kepastian apakah Presiden Xi Jinping akan hadir langsung dalam forum tingkat tinggi tersebut atau diwakilkan oleh pejabat lain.
Perundingan Dagang AS-China Digelar di Malaysia
Sementara itu, pada waktu yang hampir bersamaan, Wakil Perdana Menteri China He Lifeng akan memimpin delegasi negaranya dalam perundingan dagang tingkat tinggi dengan Amerika Serikat yang dijadwalkan berlangsung pada 24–27 Oktober 2025 di Malaysia.
Kementerian Perdagangan China menyatakan: "China dan AS akan mengadakan konsultasi mengenai isu-isu penting dalam hubungan ekonomi dan perdagangan kedua negara sesuai dengan konsensus penting yang dicapai oleh kedua kepala negara melalui panggilan telepon sebelumnya tahun ini."
Putaran kelima perundingan dagang ini menjadi salah satu yang paling krusial sejak dimulainya pembicaraan pada musim semi lalu, di tengah meningkatnya ketegangan bilateral.
Delegasi Amerika Serikat dipimpin oleh Menteri Keuangan Scott Bessent, yang berharap pembicaraan kali ini mampu menyelesaikan sejumlah perbedaan utama.
"Akan sangat disayangkan jika pertemuan tatap muka pertama mereka terbuang sia-sia selama masa jabatan kedua Presiden Trump," ungkapnya.
Menurut Bessent, kedua pihak sedang berusaha mengatasi beberapa hambatan untuk menuju "dialog yang lebih konstruktif antara AS dan Tiongkok."
Presiden AS Donald Trump sebelumnya menyatakan optimisme bahwa kesepakatan bisa dicapai dengan Presiden Xi Jinping.
"Saya rasa kami akan membuat kesepakatan dalam segala hal", ujarnya, termasuk soal dimulainya kembali impor kedelai dari AS ke China, bahkan kemungkinan "satu kesepakatan tentang perlucutan senjata nuklir."
Ketegangan meningkat setelah China mengumumkan kebijakan kontrol ekspor rare earth elements atau logam tanah jarang pekan lalu.
Sebagai tanggapan, Trump mengancam akan memberlakukan tarif tambahan hingga 100 persen terhadap produk asal China mulai 1 November 2025.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf










