
Pantau - Anggota Komisi III DPR RI, Rikwanto, memberikan tanggapan terkait kasus penembakan siswa SMK oleh anggota kepolisian di Semarang.
Menurutnya, insiden ini menjadi pengingat akan tantangan yang dihadapi aparat kepolisian saat bertugas di lapangan.
“Sebelum bertugas, polisi biasanya diberi pemahaman bahwa ketika di lapangan, satu kaki berada di kuburan, satu kaki di penjara. Kalau terlambat bertindak, bisa jadi korban. Kalau terlalu cepat, bisa salah dan berujung penjara,” ungkap Rikwanto dalam rapat dengar pendapat bersama jajaran Polrestabes Semarang, Selasa (3/11/2024).
Dalam kasus terbaru, Rikwanto menyatakan, pihak Komisi III DPR telah mendapatkan paparan dari Kapolrestabes setempat. Ia mengakui bahwa awalnya banyak informasi simpang siur terkait kejadian tersebut.
“Awalnya ada kesan tindakan anggota Kepolisian ini eksesif atau berlebihan sehingga ada korban dari pihak masyarakat. Namun, setelah pendalaman dan mendapat penjelasan lebih rinci, situasinya menjadi lebih jelas,” jelasnya.
Baca Juga: Kasus Penembakan Siswa SMK, Kapolrestabes Semarang Akui Siap Bertanggung Jawab
Rikwanto mengatakan, penjelasan yang diterima menunjukkan adanya peristiwa tawuran dengan pelaku yang teridentifikasi sebagai bagian dari kelompok yang dikenal dengan sebutan gangster.
Informasi ini, lanjutnya, diperoleh tidak hanya dari kepolisian, tetapi juga dari CCTV dan rekaman telepon genggam para pelaku.
“Ini data yang penting untuk memperjelas peristiwa yang terjadi,” katanya.
Lebih lanjut, Rikwanto menegaskan pentingnya anggota kepolisian untuk mampu mengukur situasi sebelum bertindak di lapangan.
Ia menjelaskan, pengambilan keputusan harus mempertimbangkan banyak faktor, seperti situasi sekitar, jenis ancaman, serta posisi petugas saat itu, baik dalam pakaian dinas maupun preman.
“Setiap tindakan harus didasarkan pada penilaian yang matang terhadap ancaman dan kekuatan yang dimiliki,” tutupnya.
- Penulis :
- Aditya Andreas
- Editor :
- Aditya Andreas