
Pantau - Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu menyangkal pemberitaan media pada Kamis (26/9/2024) bahwa ia menyetujui gencatan senjata sementara dengan Hizbullah di Lebanon.
“Ini adalah usulan Amerika Serikat (AS)-Prancis yang bahkan belum ditanggapi oleh perdana menteri,” ujar kantor Netanyahu dalam sebuah pernyataan.
AS, Uni Eropa (UE), dan sembilan negara lainnya meminta Israel dan Hizbullah pada Rabu (25/9/2024) malam menyepakati gencatan senjata selama 21 hari menyusul eskalasi konflik lintas batas.
Channel 12 Israel melaporkan pada Kamis pagi bahwa Netanyahu merestui gencatan senjata sementara di Lebanon untuk membuka jalan bagi negosiasi dengan Hizbullah.
PM Israel ini juga menepis kabar bahwa dia meminta militer mengendurkan serangan udaranya di Lebanon, seraya menegaskan bahwa dia memerintahkan agar terus menyerang dengan kekuatan penuh.
Sementara itu, terkait perang Israel di Gaza, Netanyahu menegaskan pertempuran di daerah kantong Palestina itu “akan terus berlanjut hingga semua tujuan perang tercapai.”
Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel, Israel Katz juga menolak gencatan senjata di Lebanon.
“Kami akan terus memerangi kelompok teror Hizbullah dengan kekuatan penuh hingga kemenangan dan kembalinya penduduk di utara ke rumah mereka dengan aman,” tegas Katz.
Israel membombardir Lebanon sejak Senin pagi, menewaskan sedikitnya 610 orang dan melukai 2.000 orang lainnya, menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Hizbullah dan Israel terlibat bentrokan lintas batas sejak dimulainya perang Israel di Jalur Gaza. Akibatnya, nyaris 41.500 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas menyusul serangan lintas batas yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober lalu.
Komunitas internasional mengecam aksi penyerangan Israel ke Lebanon, mengingat adanya potensi penyebaran konflik Jalur Gaza lebih luas lagi. (Anadolu)
- Penulis :
- Khalied Malvino