
Pantau - Di seluruh dunia, masyarakat internasional mengadakan doa, upacara, dan protes untuk memperingati setahun serangan yang dipimpin Hamas terhadap Israel yang memicu perang di Gaza. Pertempuran masih berlanjut di wilayah tersebut pada Senin (7/10/2024).
Menurut data dari Israel, para militan Hamas membunuh sekitar 1.200 orang dan membawa sekitar 250 sandera ke Gaza pada 7 Oktober 2023. Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Palestina, hampir 42.000 korban di Gaza, dan sebagian besar dari populasi yang berjumlah 2,3 juta orang telah mengungsi.
Demonstrasi pro-Palestina berlangsung di berbagai kota, mulai dari Jakarta, Istanbul, hingga Buenos Aires pada Minggu (6/10/2024), setelah protes juga dilakukan pada Sabtu (5/10/2024) di ibu kota Eropa, Washington, dan New York.
ISRAEL
Upacara dan protes di Israel dimulai sekitar pukul 06:29, waktu ketika para militan Hamas meluncurkan roket ke Israel saat serangan pada 7 Oktober tahun lalu dimulai.
Di Yerusalem, keluarga sandera berunjuk rasa di dekat kediaman pribadi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Di lokasi festival musik Nova, di mana ratusan pengunjung dan staf tewas dan banyak lainnya disandera, Presiden Isaac Herzog bergabung dengan keluarga dan teman-teman yang berduka.
BACA JUGA: Hilangnya Senyum Anak-anak Palestina
Para pelayat mendengarkan lagu terakhir yang diputar sebelum dihentikan secara tiba-tiba, seperti yang terjadi setahun lalu saat matahari terbit.
"Di sinilah dia, di sinilah dia bahagia di detik-detik terakhirnya. Ini adalah tempatnya," ujar Anat Regev, bibi dari salah satu pengunjung festival yang tewas dalam serangan tersebut.
Di Tel Aviv, orang-orang berdiri diam sementara yang lainnya membunyikan Shofar, sebuah terompet dari tanduk domba yang digunakan dalam upacara keagamaan Yahudi, untuk menandai ulang tahun tersebut.
GAZA
Tidak ada acara formal yang direncanakan di Gaza pada hari Senin. Pasukan Israel melancarkan serangan udara dan darat di beberapa area di Gaza, menyatakan bahwa mereka menyerang para militan dan pusat komando Hamas.
Sayap bersenjata Hamas meluncurkan salvo misil ke Tel Aviv, dan militer Israel mengonfirmasi sirene berbunyi di Israel tengah.
BACA JUGA: Kritik Media Barat atas Liputan Konflik Gaza: Bias dan Distorsi Fakta
Dalam pidato untuk memperingati ulang tahun tersebut, Khaled Meshaal, yang memimpin kantor politik kelompok tersebut di pengasingan di Qatar, mendesak negara-negara Arab dan Muslim untuk meluncurkan "front perlawanan baru" melawan Israel.
Warga Gaza mengungkapkan keinginan untuk kembali ke kehidupan normal sebelum perang.
"Sebelum 7 Oktober, seseorang memiliki mimpi. Sebagai seorang ayah, saya memiliki enam anak, beban terbesar saya adalah bagaimana menyediakan rumah bagi mereka dan menikahkan mereka. Namun setelah 7 Oktober, semua itu sirna. Setelah 58 tahun bekerja, sama seperti ayah saya - semua telah menjadi debu dan batu," ungkap Abu Hassan Shaheen.
AMERIKA SERIKAT
Presiden AS Joe Biden mengutuk "kekejaman yang tak terkatakan" dari serangan 7 Oktober 2023, menghormati orang-orang termasuk warga Amerika yang tewas dan disandera, serta menyatakan komitmennya terhadap hak Israel untuk membela diri setahun kemudian.
Ia menambahkan dalam pernyataannya: "Saya percaya bahwa sejarah juga akan mengingat 7 Oktober sebagai hari kelam bagi rakyat Palestina karena konflik yang dipicu oleh Hamas pada hari itu... Kami tidak akan berhenti bekerja untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza."
BACA JUGA: Setahun Genosida, Ribuan Demonstran Pro-Palestina di Eropa Serukan Gencatan Senjata
Wakil Presiden AS Kamala Harris mengatakan: "Kita semua harus memastikan bahwa kengerian seperti 7 Oktober tidak pernah terjadi lagi. Saya akan melakukan segala daya untuk memastikan bahwa ancaman yang ditimbulkan Hamas dihapuskan."
Ia menambahkan: "Saya merasa sangat sedih melihat skala kematian dan kehancuran di Gaza selama setahun terakhir - puluhan ribu nyawa hilang, anak-anak melarikan diri untuk mencari keselamatan berulang kali, ibu dan ayah berjuang untuk mendapatkan makanan, air, dan obat-obatan. Sudah saatnya untuk kesepakatan sandera dan gencatan senjata untuk mengakhiri penderitaan orang-orang tak bersalah."
AUSTRALIA
Di Bondi Beach, Sydney, peserta yang memegang bendera Israel dan Australia mendengarkan dengan hening pembacaan nama-nama sandera yang masih ditahan oleh Hamas. Ribuan pengunjuk rasa pro-Palestina berkumpul di Sydney pada hari Minggu.
THAILAND
Di sebuah gereja di Thailand timur laut, keluarga Sriaoun berkumpul pada hari Minggu untuk berdoa demi keselamatan anak sulung mereka, Watchara Sriaoun, 32 tahun, salah satu dari enam orang Thailand yang diyakini ditahan oleh Hamas sejak perang dimulai.
BACA JUGA: Bantuan Militer AS untuk Israel Capai Rp267,5 Triliun
JERMAN
Kanselir Jerman Olaf Scholz menyampaikan pernyataan kepada Israel: "Kami merasakan ketakutan, rasa sakit, ketidakpastian, dan kesedihan bersama Anda. Kami berdiri di samping Anda... Para teroris Hamas harus dilawan."
Ia juga menyebutkan penderitaan rakyat Palestina di Gaza, dengan mengatakan "orang-orang perlu memiliki harapan dan perspektif jika mereka ingin menolak teror."
INGGRIS
Perdana Menteri Keir Starmer menyatakan: "Satu tahun setelah serangan mengerikan ini, kita harus tegas berdiri bersama komunitas Yahudi dan bersatu sebagai sebuah negara. Kami tidak akan mundur dalam upaya kami untuk mencapai perdamaian dan pada hari kesedihan ini, kami menghormati mereka yang hilang dan melanjutkan tekad kami untuk mengembalikan mereka yang masih disandera, membantu yang menderita, dan mengamankan masa depan yang lebih baik bagi Timur Tengah."
PRANCIS
Presiden Emmanuel Macron mengatakan di X: "Rasa sakit masih ada, sama jelasnya seperti setahun yang lalu. Rasa sakit rakyat Israel. Rasa sakit kita. Rasa sakit kemanusiaan yang terluka. Kami tidak melupakan para korban, para sandera, atau keluarga-keluarga yang patah hati karena kehilangan atau menunggu." (REUTERS)
- Penulis :
- Khalied Malvino