Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Hamas Pastikan Yahya Sinwar Tewas Akibat Serangan Israel

Oleh Khalied Malvino
SHARE   :

Hamas Pastikan Yahya Sinwar Tewas Akibat Serangan Israel
Foto: Kepala Biro Politik Hamas, Yahya Sinwar. (Getty Images)

Pantau - Pemimpin Hamas Yahya Sinwar, yang dianggap sebagai arsitek serangan lintas batas kelompok itu pada 2023 yang menjadi hari terburuk dalam sejarah Israel, dilaporkan tewas dalam pertempuran. Hal ini disampaikan Wakil Ketua Hamas, Khalil Al-Hayya di Gaza yang juga negosiator utama kelompok tersebut, pada Jumat (18/10/2024).

Kematian Sinwar, yang mengikuti serangkaian pembunuhan terhadap pemimpin dan komandan Hamas lainnya, diprediksi akan memberikan pukulan telak bagi kelompok yang telah menghadapi serangan udara tanpa henti sejak serangannya terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang, menurut data Israel.

Krisis penyanderaan juga meningkat, dengan sekitar 250 orang dibawa kembali ke Gaza, menciptakan tantangan bagi pemerintah sayap kanan jauh Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu yang bertekad untuk memusnahkan Hamas.

Baca juga: Hamas Tak Bisa Dimusnahkan, Klaim Kematian Yahya Sinwar Belum Terkonfirmasi

Sinwar dikenang sebagai penegak hukum yang kejam bagi warga Palestina yang bekerja sama dengan Israel. Sinwar juga dikenal sebagai musuh yang tak kenal ampun bagi negara yang telah memenjarakannya selama bertahun-tahun.

Dia ditunjuk sebagai pemimpin tertinggi Hamas pada 6 Agustus 2024, menggantikan mantan ketua politik Ismail Haniyeh, yang dibunuh di Teheran pada 31 Juli 2024. Sinwar, yang dikenal luas sebagai arsitek serangan 7 Oktober 2023, telah berada di Gaza, menolak upaya Israel untuk membunuhnya sejak awal perang.

Lahir di kamp pengungsi di kota Khan Younis, Gaza selatan, Sinwar yang berusia 62 tahun terpilih sebagai pemimpin Hamas di Gaza pada tahun 2017. Pemimpin kontroversial yang menghabiskan setengah dari hidupnya di penjara Israel ini menjadi pemimpin Hamas paling kuat yang masih hidup setelah pembunuhan Haniyeh. (REUTERS)

Penulis :
Khalied Malvino