Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Afrika Selatan Akui Punya Bukti Genosida di Gaza

Oleh Khalied Malvino
SHARE   :

Afrika Selatan Akui Punya Bukti Genosida di Gaza
Foto: Menteri Luar Negeri (Menlu) Afrika Selatan, Ronald Lamola, saat melakukan konsultasi politik dengan Menteri Luar Negeri Ukraina, Andrii Sybiha, di Pretoria, Senin (28/10/2024). (Getty Images)

Pantau - Menteri Luar Negeri (Menlu) Afrika Selatan, Ronald Lamola menyatakan pada Senin (28/10/2024) telah memiliki bukti forensik komprehensif yang bisa meyakinkan Mahkamah Internasional (ICJ) terkait genosida di Jalur Gaza.

Dalam konferensi pers di Pretoria bersama Menlu Ukraina Andrii Sybiha, Lamola mengungkapkan, Afrika Selatan akan mengajukan memorial terperinci melawan Israel di ICJ pada hari yang sama.

"Kami akan mengajukan memorial hari ini atas nama pemerintah Afrika Selatan. Tentu saja, kami tidak bisa mengungkapkan rincian forensik karena aturan pengadilan—memorial ini bersifat rahasia, tetapi terserah pengadilan jika ingin membukanya," jelasnya sebagai respons atas pertanyaan wartawan.

Memorial Afrika Selatan menyimpan lebih banyak bukti, dalam "rincian forensik," untuk menunjukkan bahwa ini bukan hanya kasus genosida yang mungkin terjadi, tetapi memang merupakan "genosida."

Baca juga: Biadab! Israel Bunuh 1.000 Warga Palestina di Gaza Utara dalam 3 Pekan

Setelah memorial diajukan, pihak tergugat (dalam hal ini Israel) akan mengajukan kontra-memorial paling lambat 28 Juli 2025.

Afrika Selatan mengajukan tuntutan genosida terhadap Israel di pengadilan yang berbasis di Den Haag pada akhir 2023, menuduh Israel telah membombardir Gaza sejak Oktober 2023, gagal memenuhi komitmennya di bawah Konvensi Genosida 1948.

Beberapa negara, termasuk Turki, Nikaragua, Palestina, Spanyol, Meksiko, Libya, dan Kolombia, telah bergabung dalam tuntuan tersebut di ICJ, yang memulai sidang publik pada Januari 2024.

ICJ pada Mei 2024 memerintahkan Israel untuk menghentikan serangannya di kota Rafah, Gaza selatan. Ini merupakan kali ketiga panel 15 hakim mengeluarkan perintah awal untuk menghentikan kematian dan kehancuran di daerah yang diblokade, di mana hampir 43.000 warga Palestina, mayoritas anak-anak dan perempuan tewas sejak 7 Oktober 2023.

Sumber: Anadolu

Penulis :
Khalied Malvino