
Pantau - Ribuan warga Israel menggelar protes di luar DPR alias Knesset pada Rabu (6/11/2024) malam, menuntut penyelidikan terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 dan Pemilu dini.
Protes ini muncul setelah Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu memecat Menteri Pertahanan (Menhan) Yoav Gallant. Aksi ini berlanjut dengan pawai menuju kediaman Netanyahu untuk menyuarakan ketidakpuasan atas keputusan tersebut.
Netanyahu memecat Gallant pada Selasa (5/11/2024) malam, menunjuk Israel Katz sebagai Menhan baru dan Gideon Saar sebagai Menteri Luar Negeri (Menlu).
Keputusan ini memicu kemarahan publik, dengan banyak pihak menilai Netanyahu mengorbankan pejabat berpengalaman demi mempertahankan koalisi pemerintahannya yang rapuh.
Baca juga: Netanyahu Pecat Menhan Gallant, Benarkah Hanya Soal “Krisis Kepercayaan”?
Sebagai tanggapan, ribuan demonstran berkumpul di Agranat Square, Yerusalem, dan kemudian bergerak menuju rumah Netanyahu sambil menyerukan aksi pertukaran tahanan dengan Hamas untuk membawa pulang warga Israel yang ditahan di Gaza.
Mereka juga mendesak agar dilakukan penyelidikan atas serangan yang terjadi pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan lebih dari 1.000 warga Israel, serta menginginkan Pemilu dini.
“Siapa yang akan percaya seorang perdana menteri mengganti menteri pertahanan berpengalaman dengan yang tidak berpengalaman di tengah perang hanya untuk menjaga koalisi?” ujar Eks Menhan Moshe Ya’alon.
Dia juga mengkritik keputusan Netanyahu yang menangguhkan wajib militer untuk kelompok Haredim, meskipun terdapat kekurangan 20.000 tentara.
Baca juga: Geger! Media Israel Bongka
Gallant, dalam pernyataannya pasca-pemecatannya, mengaku diberhentikan lantaran tiga alasan: penentangannya terhadap pengecualian wajib militer bagi Haredim, upayanya untuk membebaskan sandera Israel di Gaza, dan desakannya untuk penyelidikan resmi atas serangan Hamas.
Protes semakin meluas, dengan demonstrasi masif di Tel Aviv yang memblokir Jalan Ayalon selama hampir 4 jam. Para pengunjuk rasa terus menyerukan pengunduran diri Netanyahu di tengah ketegangan yang meningkat di Gaza.
Israel kini menghadapi kritik internasional atas tindakannya di Gaza, yang mengakibatkan lebih dari 43.000 korban tewas dan membuat wilayah itu hampir tak layak dihuni. Tindakan keji Israel tersebut kini sedang diselidiki dalam gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ). (Anadolu)
- Penulis :
- Khalied Malvino