Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Israel Klaim Ada 'Kemajuan Tertentu' dalam Gencatan Senjata di Lebanon

Oleh Khalied Malvino
SHARE   :

Israel Klaim Ada 'Kemajuan Tertentu' dalam Gencatan Senjata di Lebanon
Foto: Menteri Luar Negeri (Menlu) Gideon Saar, berbicara dalam upacara serah terima jabatan di Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Israel, Yerusalem, Minggu (10/11/2024). (Getty Images)

Pantau - Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel, Gideon Saar menyatakan ada "kemajuan tertentu" dalam pembicaraan gencatan senjata di Lebanon setelah serangan militer Israel menargetkan Hizbullah. Saar menuturkan, pihaknya bekerja sama dengan Amerika Serikat dalam upaya tersebut.

"Terdapat kemajuan tertentu," kata Saar saat menanggapi pertanyaan mengenai kemungkinan gencatan senjata, Senin (11/11/2024),

"Kami bekerja sama dengan pihak Amerika mengenai hal ini," tambahnya kepada wartawan di Yerusalem.

Sebelumnya, Perwakilan Amerika Serikat (AS) sedang merancang proposal menghentikan permusuhan antara militer Israel dan Hizbullah. Usulan ini mencakup gencatan senjata selama 60 hari, berdasarkan informasi dari dua sumber mengetahui pembicaraan tersebut.

Sumber-sumber, yaitu seseorang yang menerima informasi soal pembicaraan dan seorang diplomat senior bekerja di Lebanon, menyatakan periode dua bulan ini akan digunakan untuk menyelesaikan penerapan penuh Resolusi 1701 Dewan Keamanan PBB, diadopsi pada 2006 untuk menjaga wilayah Lebanon selatan dari senjata tidak dimiliki negara tersebut.

Resolusi 1701 telah menjadi dasar pembicaraan untuk mengakhiri konflik terakhir antara Israel dan Hizbullah, pecah bersamaan dengan perang di Gaza dan meningkat tajam dalam lima minggu terakhir.

Duta Besar AS untuk Lebanon, Amos Hochstein, yang terlibat dalam proposal ini, menyampaikan kepada wartawan di Beirut sebelumnya pada Oktober 2024 bahwa mekanisme penegakan lebih baik diperlukan, mengingat baik Israel maupun Lebanon belum sepenuhnya melaksanakan resolusi tersebut.

Baca juga: AS Usul Gencatan Senjata 60 Hari Akhiri Konflik di Lebanon

Diplomat senior dan sumber informasi menyatakan gencatan senjata 60 hari ini menggantikan proposal bulan lalu diusulkan oleh AS dan negara lain, merencanakan gencatan senjata selama 21 hari sebagai langkah awal menuju pelaksanaan penuh Resolusi 1701. Meski demikian, keduanya memperingatkan kesepakatan ini masih bisa batal.

“Terdapat dorongan serius untuk mencapai gencatan senjata, tetapi masih sulit untuk mewujudkannya,” kata diplomat tersebut.

Sumber yang mendapatkan informasi menyebutkan salah satu unsur masih diperjuangkan Israel adalah kemampuan untuk melakukan "penegakan langsung" terhadap gencatan senjata melalui serangan udara atau operasi militer lain terhadap Hizbullah jika melanggar kesepakatan.

Saluran televisi Israel, Channel 12, melaporkan Israel menginginkan versi diperkuat dari Resolusi 1701, memungkinkan Israel untuk campur tangan jika merasa keamanannya terancam. Pihak Lebanon belum secara resmi menerima informasi terkait proposal ini dan tak bisa merespons rinciannya.

Upaya mencapai gencatan senjata ini datang menjelang Pilpres AS dan sejalan dengan upaya diplomatik serupa di Gaza. Menurut laporan Axios, Hochstein dan penasihat presiden AS, Brett McGurk, dijadwalkan tiba di Israel pada Kamis (31/10/2024) untuk menutup kesepakatan mengenai Lebanon, dapat diimplementasikan dalam beberapa minggu.

Hochstein dan McGurk diharapkan bertemu Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, Menteri Pertahanan (Menhan) Yoav Gallant, dan Menteri Urusan Strategis Ron Dermer.

Para pejabat Israel dan AS percaya Hizbullah akhirnya bersedia memutuskan hubungan dengan Hamas di Gaza setelah beberapa serangan dialami kelompok Lebanon tersebut dalam dua bulan terakhir, termasuk kematian pemimpin mereka, Hassan Nasrallah. Diketahui, Departemen Luar Negeri (Deplu) AS belum merespons hal ini. (AFP/Reuters)

Penulis :
Khalied Malvino