Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Inggris Gandakan Bantuan Kemanusiaan untuk Korban Perang Sudan

Oleh Khalied Malvino
SHARE   :

Inggris Gandakan Bantuan Kemanusiaan untuk Korban Perang Sudan
Foto: Tentara Sudan berlindung di garis depan di Khartoum Utara, Minggu (3/11/2024). (Getty Images)

Pantau - Pemerintah Inggris mengumumkan peningkatan bantuan kemanusiaan sebesar £113 juta (setara Rp2,16 triliun) pada Minggu (17/11/2024) untuk mendukung lebih dari satu juta orang yang terdampak perang di Sudan.

Dana tambahan ini akan menggandakan paket bantuan yang telah ada dan difokuskan untuk 600.000 orang di Sudan, serta 700.000 orang yang melarikan diri ke negara tetangga.

“Konflik brutal di Sudan telah menyebabkan penderitaan yang tak terbayangkan. Rakyat Sudan membutuhkan lebih banyak bantuan, itulah sebabnya Inggris membantu menyediakan makanan, tempat berlindung, dan pendidikan bagi mereka yang paling rentan," ujar Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris, David Lammy, menyatakan dalam rilisnya, dikutip Senin (18/11/2024).

“Inggris tidak akan pernah melupakan Sudan," sambungnya.

Perang di Sudan dimulai pada April 2023, ketika pasukan militer yang dipimpin oleh penguasa de facto Abdel Fattah Al-Burhan bertempur melawan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) yang dipimpin mantan deputinya, Mohamed Hamdan Dagalo.

Baca juga:

Pada Oktober 2024, para ahli PBB menuduh kedua belah pihak menggunakan “taktik kelaparan” terhadap 25 juta warga sipil, sementara tiga organisasi bantuan besar memperingatkan krisis kelaparan yang “sejarah” dengan banyak keluarga yang terpaksa memakan daun dan serangga.

Lammy dijadwalkan mengunjungi Dewan Keamanan PBB pada Senin (18/11/2024), di mana ia akan mendesak agar perbatasan Adre yang vital tetap dibuka tanpa batas waktu untuk memfasilitasi pengiriman bantuan.

"Kami tidak bisa memberikan bantuan tanpa akses. Kelaparan tidak boleh dijadikan senjata perang," tegasnya.

Paket dana terbaru ini akan mendukung mitra PBB dan LSM dalam menyediakan makanan, uang, tempat berlindung, bantuan medis, serta air bersih dan sanitasi, demikian disampaikan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Inggris.

Sebuah studi yang diterbitkan pekan ini mengungkapkan, angka kematian akibat konflik kemungkinan besar “terlalu rendah dilaporkan”, dengan jumlah korban di negara bagian Khartoum saja lebih banyak dari prediksi resmi untuk seluruh negara. (AFP)

Penulis :
Khalied Malvino