Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Politisi Bangladesh Serukan Ketenangan usai Kerusuhan Sektarian

Oleh Khalied Malvino
SHARE   :

Politisi Bangladesh Serukan Ketenangan usai Kerusuhan Sektarian
Foto: Anggota Hefazat-e-Islam berkumpul dalam unjuk rasa di Masjid Nasional Baitul Mukarram, Dhaka, menuntut larangan ISKCON dan mengutuk pembunuhan pengacara Saiful Islam Alif di Chattogram, Jumat (29/11/2024). (Getty Images)

Pantau - Partai politik utama Bangladesh menyerukan ketenangan setelah kerusuhan besar dipicu kasus pembunuhan seorang pengacara dalam bentrokan antara demonstran Hindu dan pasukan keamanan.

Pengacara Saiful Islam Alif tewas pada Selasa (26/11/2024) setelah bentrokan antara polisi dan pendukung biksu Hindu Chinmoy Krishna Das Brahmachari, ditangkap lantaran diduga menghina bendera Bangladesh saat unjuk rasa. Alif tewas setelah pihak berwenang menolak memberikan jaminan kepada Brahmachari.

Hubungan antaragama telah mengalami ketegangan di negara mayoritas Muslim ini sejak revolusi yang dipimpin mahasiswa pada Agustus 2024, yang menggulingkan Perdana Menteri (PM) Sheikh Hasina, yang kemudian melarikan diri ke India.

Partai Nasional Bangladesh (BNP) dan Jamaat-e-Islami, dua oposisi utama Hasina selama masa jabatannya yang berlangsung 15 tahun, menyerukan agar semua pihak tetap tenang.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) BNP, Mirza Fakhrul Islam Alamgir, mengatakan kepada surat kabar Prathom Alo, bahwa “kelompok fasis yang kalah” berada di balik kerusuhan terbaru ini, merujuk pada Partai Liga Awami yang dipimpin Hasina.

“Insiden ini sama sekali tidak dibenarkan. Kami sangat mengutuknya dan menyerukan agar semua orang menghadapi situasi ini dengan tenang,” ujarnya kepada surat kabar tersebut, melansir Anadolu, Sabtu (30/11/2024).

Shafiqur Rahman dari Jamaat-e-Islami menyebut kerusuhan yang sedang berlangsung sebagai imbas dari “kelompok yang berkepentingan untuk mengguncang stabilitas negara.”

Namun, protes jalanan telah digelar untuk mendesak larangan terhadap International Society for Krishna Consciousness (ISKCON), sebuah komunitas Hindu transnasional yang kerap dikenal sebagai gerakan Hare Krishna, yang menurut laporan, menjadi tempat Brahmachari bergabung.

Baca juga:

Hefazat-e-Islam, sebuah kelompok kolektif seminary Islam, mengadakan unjuk rasa pada Jumat (29/11/2024) untuk menuntut larangan terhadap ISKCON, dengan tuduhan bahwa kelompok ini menjadi wadah untuk mengembalikan Hasina ke kekuasaan atas nama India, yang merupakan pendukung utama pemerintahannya yang digulingkan.

“Ada rencana yang sangat terperinci untuk memicu kerusuhan komunal di Bangladesh, dan ISKCON di sini untuk melaksanakannya atas nama India dan Sheikh Hasina,” jelas Mamunul Haque dari Hefazat-e-Islam kepada para pendukung saat unjuk rasa.

Hasina sebelumnya menuntut pembebasan segera Brahmachari dan menyebut penangkapannya “ilegal,” demikian dilaporkan BBC. Mantan PM Bangladesh itu juga mengutuk pembunuhan pengacara itu, menyebutnya sebagai “pelanggaran hak asasi manusia yang terang-terangan.”

India menggambarkan penangkapan Brahmachari dan penolakan jaminannya sebagai “sangat disayangkan.” Namun, ISKCON membantah adanya hubungan dengan Brahmachari.

“Kami mengeluarkan Chinmoy jauh sebelum kasus ini diajukan terhadapnya karena melanggar disiplin ISKCON,” tutur Presiden ISKCON Bangladesh, Satya Ranjan Barai.

“Dia diberhentikan dari tugasnya, tetapi dia membangkang dan terus melanjutkan kegiatannya," sambungnya.

Pada Kamis (28/11/2024), Mahkamah Agung (MA) Bangladesh menolak petisi yang meminta larangan terhadap ISKCON.

“Muslim, Hindu, Buddha, Kristen... semua mempercayai keberagaman, dan keharmonisan ini tidak akan terputus,” demikian putusan pengadilan tersebut.

Penulis :
Khalied Malvino
Editor :
Khalied Malvino